Menguak Fakta Dibalik Supersemar
Di era Orde baru kita mengenal sebuah momen sejarah yang spektakuler yang memulai kepemimpinan era Soeharto yaitu turunnya supersemar. Banyak hal yang meragukan keabsahan proses turunnya surat perintah ini. Menguak Fakta di balik Supersemar sudah lama terbuka setelah masa orde baru bergulir dan jatuh. lewat tulisan sdr. Anton DH Nugrahanto mari kita menyimak kisah sebenar mengenai cerita usang sejarah turunnya Surat perintah sebelas maret ini. Semoga setidaknya bisa sedikit menggugah rasa Nasionalisme kita yang semakin luntur hari demi hari.
11 Maret 1966, sejarah Indonesia mengalami titik balik.
Sebuah rezim mulai runtuh. Dan sebuah babak baru lahir. Instrumen yang mengubah
sejarah itu cuma secarik kertas, yang ditandatangani Presiden Soekarno hari
itu: Surat Perintah Sebelas Maret, biasa disingkat Supersemar. Lewat surat itu
Presiden Soekarno memberikan wewenang kepada Letjen Soeharto, waktu itu Menteri
Panglima Angkatan Darat, untuk mengambil “segala tindakan yang dianggap perlu
untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya
pemerintahan dan jalannya Revolusi”. Lewat surat itulah kekuasaan Presiden
Soekarno mulai terkikis. Dan Jenderal Soeharto muncul sebagai pimpinan nasional
yang baru.
Menjelang 11 Maret 1971 itu Presiden Soeharto untuk pertama
kali menjelaskan latar belakang dan sejarah lahirnya Supersemar karena,
katanya, rakyat Indonesia memang berhak mengetahuinya. “Supersemar merupakan
bagian sejarah yang sangat penting untuk meluruskan kembali perjuangan bangsa
dalam mempertahankan cita-cita kemerdekaan dan memberi isi kemerdekaan,”
ujarnya. Intisari penjelasan Kepala Negara: ia tidak pernah menganggap SP 11
Maret itu sebagai tujuan untuk memperoleh kekuasaan mutlak. “Surat Perintah 11
Maret juga bukan merupakan alat untuk mengadakan kup secara terselubung,”
katanya tegas.
Supersemar memang peristiwa yang bersejarah. Ada yang
menyebutnya “tonggak sejarah Orde Baru”, atau “Momentum Orde Baru”. Presiden
Soeharto sendiri menyebutnya “Awal Perjuangan Orde Baru”. Meski telah beberapa
kali dilakukan usaha merekonstruksikan peristiwa itu, antara lain pada 1976
oleh Pusat Sejarah ABRI yang waktu itu dipimpin Nugroho Notosusanto (almarhum),
masih sering terjadi kesimpangsiuran mengenai peristiwa penting itu. Misalnya
yang terjadi pada 1982, tatkala muncul kisah lahirnya Supersemar versi Hasjim
Ning, yang kemudian dibantah sendiri oleh pengusaha tersebut.
dimanakah naskah asli supersemar? |
Tampaknya, belum
semua hal terungkap seputar kelahiran Supersemar. Bukan cuma itu saja. Di
sana-sini masih ada cerita yang tidak klop. Mungkin pelacakan secara lengkap
perlu dilakukan, mumpung banyak pelakunya masih ada. Surat asli Supersemar
sendiri kabarnya hingga kini masih hilang. Maklum, di saat itu keadaan cukup
kacau hingga mungkin kesadaran mendokumentasi masih kurang.
Bayangkan betapa hancurnya masa depan bangsa ini, betapa
dangkalnya intelektualitas kemahasiswaan sekarang, bila kemudian para mahasiswa
dikoordinir untuk diajak nonton lawakan OVJ atau menonton Tukul, ketimbang
dikoordinir diajak melihat kekayaan-kekayaan bangsa ini yang dikelola pemodal
asing seperti Freeport dan Perkebunan-perkebunan. Mereka tanpa malu memakai
jaket akademik bukan untuk membela rakyat tapi tertawa di panggung-panggung
lawak.
Jangan anggap remeh proses keterasingan kaum muda terhadap
kekayaan bangsa sendiri.
ditulis oleh sdr. Anton DH Nugrahanto