LEGENDA PARASURAMA, KISAH RAMABARGAWA DI RAMAYANA DAN MAHABARATA
Kisah Ramayana dan Mahabarata dalam pewayangan adalah kisah
klasik dari jaman ke jaman. Kisah epik
pewayangan yang menceritakan politik, kesaktian dan kehidupan tokoh-tokoh
wayang didalamnya. Dibalik kisah Mahabarata yang dahsyat dan kisah Ramayana
yang fenomenal ada satu tokoh yang selalu disebut yaitu Parasurama alias
Begawan Ramabargawa atau Ramaparasu. Guru dari Resi Bisma, Drona dan juga
Karna. Inilah Legenda Parasurama, Kisah Ramabargawa di Ramayana dan Mahabarata.
Sebuah kisah seorang Begawan sakti yang mencari kematiannya dari generasi
Ramayana sampai ke generasi Mahabarata.
Parasurama atau dalam pewayangan Jawa lebih dikenal dengan
Ramaparasu atau Ramabargawa adalah seorang tokoh Ciranjiwin (hidup abadi) dalam
ajaran agama Hindu. Ia dikenal sebagai awatara Wisnu yang keenam dan hidup di
zaman Tretayuga. Secara harafiah Parashurama berarti “Rama yang bersenjata
kapak”. Nama ini ia dapatkan karena ia selalu membawa kapak sebagai senjatanya.
Ia juga dikenal sebagai Bhargawa yang bermakna “keturunan Mahararesi Bregu”.
Parasurama adalah putera Jamadagni, seorang resi keturunan
Bregu dengan Renuka. Sewaktu ia lahir, ia diberi nama Rama. Setelah ia dewasa,
ia lebih dikenal dengan Parasurama, hal ini karena ia selalu membawa kapak
sebagai senjata. Selain kapak, Parasurama juga memiliki senjata lain yaitu
busur panah yang luar biasa.
Dikisahkan Jamadagni, ayah Parasurama marah kepada istrinya
Renuka, karena Renuka membuat kesalahan saat melayani kebutuhan Jamadagni. Oleh
Karena itu, Jamadagni meminta anak-anaknya untuk membunuh ibu mereka, dan
menjanjikan akan mengabulkan semua permintaan mereka. Kelima putera Jamadagni,
tidak ada yang sanggup melakukan perintah ayahnya tersebut, akhirnya karena
marah, Jamadagni mengutuk mereka menjadi batu. Tinggal Parasurama yang menjadi
harapan Jamadagni, Parasurama pun akhirnya bersedia melakukan perintah ayahnya
tersebut. Ia membunuh ibunya sendiri, Renuka.
Sesuai janji Jamadagni, Parasurama kemudian mengajukan
permintaannya. Ia meminta agar Jamadagni
menghidupkan dan menerim Renuka kembali, serta mengembalikan kelima kakaknya
ke wujud manusia. Jamadagni merasa
bangga dan akhirnya memenuhi semua permintaan Parasurama.
Pada zaman kehidupan Parasurama, ketenteraman dunia
dikacaukan oleh ulah kaum ksatria yang suka berperang satu sama lain.
Kebenciannya terhdap kaum ksatria semakin bertambah setelah, raja Kerajaan
hehaya yang bernama Kartawirya Arjuna merampas sapi milik Jamadagni. Parasurama
marah dan membunuh raja tersebut. Namun kemudian anak-anak kartawirya Arjuna
lalu membalas dendam dengan cara membunuh Jamadagni. Parasurama pun bangkit untuk menumpas mereka.
Tidak terhitung lagi berapa banyak ksatria yang tewas terkena kapak dan panah
Prasurama.
Ia dikisahkan sampai mengelilingi dunia sampai tiga kali
demi menumpas para ksatria di seluruh bumi. Setelah merasa cukup, Parasurama
pun megadakan upacara pengorbanan suc di tempat yang bernama Samantapancaka.
Tempat itu pada zaman berikutnya, dikenal dengan nama Kurukhsetra dan dianggap
sebagai tanah suci yang menjadi arena perang akbar antara Pandawa dan Korawa.
Dari sekian banyak ksatria yang telah ia bunuh, tetapi masih
ada ksatria yang masih hidup,salah satunya dalah Wangsa Surya yang berkuasa di
Ayodhya, kerajaan Kosala. Salah satu keturunan Wangsa adalah Sri Rama putera
Dasarata.
Rama berhasil memenagkan sayembara di kerajaan Mithila untuk
memperbutkan Sita atau dalam pewayangan jawa lebih dikenal dengan Shinta. Rama
berhasil mengangkat dan membentangkan busur
panah, pusaka pemberian Siwa, dan bahkan berhasil mematahkan pusaka yang
maha dahsyat beratnya.
Kabar itu terdengar oleh Parasurama di pertapaannya, mala ia
pun mencegat Rama ketika Ia memboyong Shinta ke Ayodhya. Namun dengan lembut
hati, Rama berhasil menenangkan kemarahan Parasurama yang akhirnya kembali
pulang ke pertapaannya. Pertemuan ini merupakan pertemuan sesame awatara Wisnu,
yang saat itu Wisnu telah menjelma kembali sebagai Rama.
Pada Zaman Dwaparayuga, Wisnu terlahir kembali sebagai
Kresna putera Basudewa. Karena Parasurama hidup sebagai Ciranjiwin, ia pun
masih hidup abadi di bumi. Pada zaman itu Parasurama menjadi guru sepupu Kresna
yaitu Karna yang menyamar menjadi seorang brahmana muda. Sebenarnya Karna
berasal dari golongan ksatria tetapi karena demi mendapatkan ilmu dari
Parasurama, akhirnya ia menyamar menjadi seorang brahmana.
Setelah mengajarkan berbagai ilmu kesaktian baruah
Parasurama sadar bahwa Karna bukan dari golongan brahmana. Ia pun marah dan
mengutuk karna, bahwa ia akan lupa terhdap semua ilmu kesaktian yang telah ia
pelajari pada saat ia dalam keadaan terdesak dalam suatu pertempuran. Kutukan
itu menjadi kenyataan, Karna lupa akan semua mantra dan ilmu yang ia pelajari
dari Parasurama ketika, kereta perangnya terperosok ke dalam lumpur, sementara
Arjuna sudah siap membidiknya dalam perang akbar di Kurukhsetra. Oya baca artikel menarik laainnya di Mungkinkah Mahabharata dan Ramayana adalah perang nuklir?
Dalam pewayangan Jawa, Parasurama lebih dikenal dengan
sebutan Ramabargawa, atau sering juga dipanggil Jamadagni, sama dengan nama
ayahnya.
Diceritakan bahwa Parasurama adalah keturunan Batara Surya
bukan titisan Wisnu, ayahnya, Jamadagni adalah sepupu Kartawirya raja kerajaan
Mahespati, yang merupakan ayah dari Arjunasasrabahu, musuh dari Parasurama.
Jamadagni juga masih memilikiikatan persaudaraan dengan Resi Gotama ayah Subali
dan Sugriwa.
Dalam pewayangan, Ramabargawa membunuh ibunya sendiri,
Renuka atas perintah ayahnya karena Renuka telah berselingkuh dengan Citrarata
raja kerajaan Martikawata.Mulai saat itulah, muncul kebencian Ramabargawa terhadap
kaum ksatria.
Setelah merasa jenuh dan cukup menumpas kaum ksatria, ia
memutuskan untuk meninggalkan dunia. Atas petunjuk dewata, ia akan mencapai
surge, jika ia mati di tangan awatara Wisnu. Wisnu dikisahkan menitis kepada
Arjuna Sasarabahu.
Ramabargawa akhirnya berhasil menemui Arjuna Sasarabahu,
namun saat itu, Arjuna Sasarabahu telah kehilangan semangat hidupnya setelah
kematian istrinya Citrawati dan Sumantri, patihnya. BUkannya ia terbunuh oleh
Arjuna Sasrabahu, tetapi justru ia yang mmbunuh Arjuna Sasrabahu.
Ramabargawa kecewa dan menuduh dewata telah berbohong.
Turunlah Batara Narada dan menjelaskan bahwa Wisnu telah meninggalkan Arjuna
Sasrabhu untuk terlahir kembali sebagai Rama, putera Dasarata. Ramabargawa
diminta bersabar menunggu Rama hingga dDewasa, elak ia yang akanmembunuhnya
mengantarkannya ke surga.
Keberhasilan Rama memenangkan sayembara di lerajaan Mantili
untuk memperebutkan Sinta terdengar oleh Ramabargawa. Ia kemudian mencegat Rama
di tengah perjalanan saat ia akanmemboyong Sinta ke Ayodya. Ramabargawa
menantang Rama untuk bertarung. Dalm perang tanding tersebut, Ramabargwa
akhirnya gugur di tangan Rama, dan naik kahyangan menjadi Dewa bergelar Batara
Ramaparasu. (baca juga artikel ilmiah tentang Vimana, Pesawat terbang india kuno)
Pada zaman berikutnya, Ramaparasu bertemu dengan awatara
Wisnu lainnya, yaitu kresna, yang saat itu sedang dalam perjalanan menjadi duta
Pandawa ke Hastinapura. Bersama Batara Narada, Bathara Kanwa dan Batara Janaka,
ia menghadang kereta Kresna ikut serta ke Hastinapura, mereka menjadi saksi
perindungan dengan pihak Korawa. Selama hidupnya, Parasurama hanya memiliki
tiga murid yakni, Bisma, Drona dan Karna.