Skip to main content

Kisah Legendaris Saladin Singa Padang Pasir Yang Disegani Lawan Di Masa Perang Salib

Pernah menonton Film The Kingdom Of Heaven? Di Film tersebut meskipun bukan sebagai tokoh utama cerita dan film ini dibuat bukan oleh sutradara muslim tapi dikisahkan bagaimana karakter Sultan Saladin adalah tokoh Raja Muslim yang disegani dan memiliki kepribadian yang pemberani, tegas dan juga seorang raja yang sangat dihormati sekaligus memiliki sikap yang baik. Kisah legendaris Saladin Singa Padang Pasir yang disegani lawan di Masa Perang salib ini telah tercatat dalam sejarah dan diakui dunia. Ahli sejarawan dan bahkan sineas Film pun mengakui kebesaran namanya. Sepertinya menarik untuk menyimak kisah kepahlawan Sultan Saladin semasa hidupnya. Mari kita simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

Kisah Legendaris Saladin Singa Padang Pasir Yang Disegani Lawan Di Masa Perang Salib

Siapakah Saladin Sang Singa Gurun Pasir?

Saladin adalah Raja kaum muslim yang sangat dibenci, ditakuti, sekaligus dikagumi oleh musuh-musuhnya di masa perang salib. Yusuf bin Najmuddin al-Ayyubi (Arab: يوسف بن نجم الدين) (c. 1138 - 4 Maret 1193) adalah seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah Hejaz dan Diyar Bakr.Shalahuddin Al-Ayyubi (baca Sholahudin: صلاح الدین ایوبی) atau lebih dikenal sebagai Saladin di barat sebenarnya hanya nama julukan dari Yusuf bin Najmuddin.Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi. Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit.

Kisah Legendaris Sultan Saladin Singa Padang Pasir

Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanky, gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja Suriah Nuruddin Mahmud. Selama di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin. Pada tahun 1169, Shalahudin diangkat menjadi seorang wazir (konselor).

Di sana, dia mewarisi peranan sulit mempertahankan Mesir melawan penyerbuan dari Kerajaan Latin Jerusalem di bawah pimpinan Amalrik I. Di awal kekuasaanya sangat menyulitkan. Tidak ada seorangpun menyangka dia bisa bertahan lama di Mesir yang pada saat itu banyak mengalami perubahan pemerintahan di beberapa tahun belakangan oleh karena silsilah panjang anak khalifah mendapat perlawanan dari wazirnya. Sebagai pemimpin dari prajurit asing Syria, dia juga tidak memiliki kendali dari Prajurit Shiah Mesir, yang dipimpin oleh seseorang yang tidak diketahui atau seorang Khalifah yang lemah bernama Al-Adid. Ketika sang Khalifah meninggal bulan September 1171, Saladin mendapat pengumuman Imam dengan nama Al-Mustadi, kaum Sunni, dan yang paling penting, Abbasid Khalifah di Baghdad, ketika upacara sebelum Salat Jumat, dan kekuatan kewenangan dengan mudah memecat garis keturunan lama. Sekarang Saladin menguasai Mesir, tetapi secara resmi bertindak sebagai wakil dari Nuruddin, yang sesuai dengan adat kebiasaan mengenal Khalifah dari Abbasid.

Saladin merevitalisasi perekonomian Mesir, mengorganisir ulang kekuatan militer, dan mengikuti nasihat ayahnya, menghindari konflik apapun dengan Nuruddin, tuannya yang resmi, sesudah dia menjadi pemimpin asli Mesir. Dia menunggu sampai kematian Nuruddin sebelum memulai beberapa tindakan militer yang serius: Pertama melawan wilayah Muslim yang lebih kecil, lalu mengarahkan mereka melawan para prajurit salib.

Kisah Sultan Salahudin Al Ayubi - Singa Padang Pasir

Timur Tengah (1190 M). Wilayah kekuasaan Shalahuddin yang direbut kembali dari pasukan salib 1187-1189 semakin luas. Selain itu juga kekuasaan pasukan muslim juga semakin luas sampai dengan hanya sedikit wilayah pasukan salib yang masih bertahan sampai meninggalnya Shalahuddin

Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil mematahkan serangan Tentara Salib dan pasukan Romawi Bizantium yang melancarkan Perang Salib kedua terhadap Mesir. Sultan Nuruddin memerintahkan Shalahuddin mengambil kekuasaan dari tangan Khilafah Fathimiyah dan mengembalikan kepada Khilafah Abbasiyah di Baghdad mulai tahun 567 H/1171 M (September). Setelah Khalifah Al-'Adid, khalifah Fathimiyah terakhir meninggal maka kekuasaan sepenuhnya di tangan Shalahuddin Al-Ayyubi.

Sultan Nuruddin meninggal tahun 659 H/1174 M, Damaskus diserahkan kepada puteranya yang masih kecil Sultan Salih Ismail didampingi seorang wali. Di bawah seorang wali terjadi perebutan kekuasaan di antara putera-putera Nuruddin dan wilayah kekuasaan Nurruddin menjadi terpecah-pecah. Shalahuddin Al-Ayyubi pergi ke Damaskus untuk membereskan keadaan, tetapi ia mendapat perlawanan dari pengikut Nuruddin yang tidak menginginkan persatuan. Akhirnya Shalahuddin Al-Ayyubi melawannya dan menyatakan diri sebagai raja untuk wilayah Mesir dan Syam pada tahun 571 H/1176 M dan berhasil memperluas wilayahnya hingga Mousul, Irak bagian utara.

Kisah Kelembutan Hati Sultan Saladin

Banyak kisah-kisah unik dan menarik seputar Shalahuddin al-Ayyubi yang layak dijadikan teladan, terutama sikap ksatria dan kemuliaan hatinya. Di tengah suasana perang, ia berkali-kali mengirimkan es dan buah-buahan untuk Raja Richard yang saat itu jatuh sakit. Ketika menaklukkan Kairo, ia tidak serta-merta mengusir keluarga Dinasti Fatimiyyah dari istana-istana mereka. Ia menunggu sampai raja mereka wafat, baru kemudian anggota keluarganya diantar ke tempat pengasingan mereka. Gerbang kota tempat benteng istana dibuka untuk umum. Rakyat dibolehkan tinggal di kawasan yang dahulunya khusus untuk para bangsawan Bani Fatimiyyah. Di Kairo, ia bukan hanya membangun masjid dan benteng, tapi juga sekolah, rumah-sakit dan bahkan gereja. Shalahuddin juga dikenal sebagai orang yang saleh dan wara‘. Ia tidak pernah meninggalkan salat fardu dan gemar salat berjamaah. Bahkan ketika sakit keras pun ia tetap berpuasa, walaupun dokter menasihatinya supaya berbuka. “Aku tidak tahu bila ajal akan menemuiku,” katanya.

Shalahuddin amat dekat dan sangat dicintai oleh rakyatnya. Ia menetapkan hari Senin dan Selasa sebagai waktu tatap muka dan menerima siapa saja yang memerlukan bantuannya. Ia tidak nepotis atau pilih kasih. Pernah seorang lelaki mengadukan perihal keponakannya, Taqiyyuddin. Shalahuddin langsung memanggil anak saudaranya itu untuk dimintai keterangan. Pernah juga suatu kali ada yang membuat tuduhan kepadanya. Walaupun tuduhan tersebut terbukti tidak berdasar sama sekali, Shalahuddin tidak marah. Ia bahkan menghadiahkan orang yang menuduhnya itu sehelai jubah dan beberapa pemberian lain. Ia memang gemar menyedekahkan apa saja yang dimilikinya dan memberikan hadiah kepada orang lain, khususnya tamu-tamunya. Ia juga dikenal sangat lembut hati, bahkan kepada pelayannya sekalipun. Pernah ketika ia sangat kehausan dan minta dibawakan segelas air, pembantunya menyuguhkan air yang agak panas. Tanpa menunjukkan kemarahan ia terus meminumnya. Kezuhudan Shalahuddin tertuang dalam ucapannya yang selalu dikenang: “Ada orang yang baginya uang dan debu sama saja.

lalu,ada lagi ketika pasukan Muslim masih berada di Hittin saat penaklukan palestina. Kaum Kristen waktu itu betul-betul putus asa dan ketakutan. Ini cukup masuk akal. Beberapa ribu orang Kristen yang berkumpul di Yerusalem tak akan mampu menandingi kekuatan pasukan Muslim. Apalagi kesatuan-kesatuan militer yang soild sudah dihancurkan di pertempuran Hittin. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang sipil. Orang-orang Kristen sangat ketakutan jika Saladin akan membalas dendam dengan membantai semua orang Kristen seperti halnya Tentara Salib yang membantai habis orang Islam ketika menaklukkan Yerusalem dulu.

Kemudian muncul Balian dari Ibelin, yang berhasil lolos dari pertempuran Hittin. Sebenarnya Balian sudah tak mau terlibat lagi dengan perang salib ini. Dia pergi ke Yerusalem sebenarnya untuk menjemput istrinya dan selanjutnya akan pergi ke Tirus. Balian meminta izin masuk kota dengan sopan kepada Saladin yang sedang mengepung kota Yerusalem. Saladin memberinya izin dengan syarat bahwa Balian hanya akan menginap semalam di kota tersebut. Balian pun bersumpah akan menaati syarat itu (Kisah Balian ini dibuatkan versi Filmnya oleh sines Hollywood dengan Judul "Kingdom Of Heaven").

Begitu Balian masuk ke dalam kota, orang-orang Kristen meminta dengan amat sangat untuk tetap tinggal dan memimpin perlawanan. Balian dalam sebuah dilema, ia punya kewajiban untuk melindungi rakyatnya dan kewajiban religius untuk mempertahankan Yerusalem, tapi di sisi lain dia sudah bersumpah kepada Saladin untuk tidak tinggal di kota ini. Balian kemudian pergi ke Saladin dan menjelaskan posisinya. Saladin memikirkan hal ini dengan sungguh-sungguh. Pada akhirnya Saladin menyimpulkan bahwa karena Balian mempunyai kewajiban religius untuk tinggal maka Saladin pun membebaskan Balian dari sumpahnya. Saladin percaya dengan kesucian sumpah dan secara simpatik mampu memahami posisi Balian, walaupun ini merugikan Saladin sendiri.

Kisah Legendaris Saladin Singa Padang Pasir Yang Disegani Lawan Di Masa Perang Salib

Saladin memberikan tawaran kepada kaum Kristen untuk menyerah tanpa syarat, maka tidak akan ada banjir darah. Seperti biasanya, kaum Kristen dengan kepala batu menolak tawaran ini. Dalam situasi genting ini, muncul Balian yang menghadap Saladin dan mengatakan bahwa ada banyak orang yang masih bertempur dengan setengah hati karena mengharapkan Saladin memberikan ampunannya. Tapi jika kematian sudah jelas di depan mata, mereka akan bertempur dengan nekatnya. Saladin berkonsultasi dengan para imam dan fukaha mengenai hal ini. Mereka kemudian memutuskan bahwa sah hukumnya jika Saladin menaklukkan kota ini dengan damai.

Satu hal menarik muncul ke dunia eropa yaitu tentang keajaiban pedang kaum muslimin yang terkenal sangat tajam, hal ini merupakan suatu fenomena bagi kaum pasukan jerusalem. Jenis pedang tersebut kini dikenal dengan istilah Sword Of Damascus. Jenis pedang pasukan arab yang terkenal semasa perang salib dan menggegerkan pasukan salib di masa itu.
Baca Juga : Legenda Sword Of Damascus Pedang Tertajam Di Dunia
Demikianlah Kisah Legendaris Sultan Saladin sang Singa padang pasir Yang Disegani Lawan Di Masa Perang Salib. Semoga kisahnya ini menjadi suri tauladan bagi kita kaum muslimin bahwa selain kita harus mempunyaki keyakinan dan kuat tapi juga memiliki sikap ksatria, pemberani dan juga juga memiliki kebaikan hati.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.