Racun Tertua Di Dunia Berumur 20000 Tahun Ditemukan Di Afrika
Meneliti masa lalu dan sejarah memiliki keasyikan tersendiri. Bagaimana kita mengetahui peradaban masa lalu dimulai, hancur dan bangkit kembali. Admin percaya bahwa dulu peradaban mnusia pernah maju. Kebenaran akan terungkap sedikit demi sedikit. Contohnya dengan penemuan Racun Tertua Di Dunia Berumur 20000 Tahun Ditemukan Di Afrika. Hal ini sedikitnya merubah pandangan sejarah tentang perkiraan zaman prasejarah. Hasilnya adalah ternyata zaman Besi di Afrika ternyata mulai lebih cepat dari yang
sebelumnya diperkirakan, yaitu sekitar 20 ribu tahun lebih dulu.
Analisis terbaru dari artifak di sebuah gua di Afrika
Selatan menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di sana sudah memahat
peralatan dari tulang, menggunakan pigmen, manik, dan menggunakan racun 44 ribu
tahun lalu. Jenis-jenis artefak serupa sebelumnya dihubungkan ke budaya San,
yang diperkirakan muncul 20 ribu tahun lalu.
"Penelitian kami membuktikan bahwa Zaman Besi terakhir
muncul di Afrika Selatan lebih cepat dari yang awalnya dipercaya, dan muncul
bersamaan dengan keberadaan manusia modern di Eropa," kata peneliti Paola
Villa, kurator di University of Colorado Museum of Natural History, dalam
sebuah pernyataan.
Zaman Besi terakhir di Afrika muncul di saat bersamaan
dengan Periode Paleolitikum Awal di Eropa, saat manusia modern pindah ke Eropa
dari Afrika dan bertemu Neanderthal sekitar 45 ribu tahun lalu.
"Perbedaan dalam teknologi dan budaya antara dua daerah
ini sangat berbeda, ini menunjukkan bahwa orang-orang dari dua kawasan berbeda
ini mengambil jalur yang sangat berbeda dan berujung pada evolusi teknologi
serta peradaban," kata Villa.
Jejak budaya
Jejak-jejak peradaban di Afrika sudah ditemukan berusia 80
ribu tahun, tapi fragmen-fragmen ini -- alat terbuat dari tulang, manik yang
dipahat -- menghilang dari dokumentasi arkeologi 60 ribu tahun.
Bahkan, hampir tidak ada rekaman sejarah akan apa yang
terjadi di Afrika bagian selatan antara 40 ribu-20 ribu tahun lalu, tulis Villa
dan kolega-koleganya menulis online di jurnal Proceedings of the National
Academy of Sciences (30 Juli). Kesenjangan ini membuatnya sulit menghubungkan
antara masyarakat Zaman Batu-pertengahan dan yang datang sesudahnya.
Teknologi terbaru dalam penanggalan yang dibawa para
peneliti ini berasal dari temuan di gua di perbatasan antara Afrika Selatan dan
Swaziland bernama Border Cave (Gua Perbatasan). Mereka menemukan bahwa
artifak-artifak di gua ini lebih tua dari yang sebelumnya diperkirakan.
Manik-manik dari cangkang telur burung unta, tulang berujung
tajam yang digunakan untuk mata panah, dan tulang berukir adalah beberapa
fragmen yang berusia lebih tua daripada budaya San. Satu alat panjang dari
tulang didekorasi dengan potongan spiral yang kemudian diisi pigmen tanah liat
merah. Satu set taring babi hutan menunjukkan bukti-bukti kerikan dan asahan.
Tulang-tulang lain dihias dengan titik-titik, seperti digunakan untuk
menghitung sesuatu.
Manik-manik lain yang ditemukan juga sengaja dihitamkan oleh
api, satu berasal dari 38 ribu tahun lalu. Sepotong kayu bolong dan batu
berusia 35 ribu tahun lalu. Alat itu rupanya digunakan untuk menggali tanah dan
larva rayap.
Racun tertua Di Dunia
Para peneliti ini juga menemukan segumpal lilin lebah
(beeswax) dicampur oleh resin racun yang biasa ditempel di ujung panah atau
tombak. Beeswax itu diperkirakan berasal dari 35 ribu tahun lalu, menjadikannya
beeswax tertua yang digunakan sebagai alat.
Mereka juga menemukan tongkat kayu tipis yang penuh dengan
goresan. Analisis kimia menunjukkan jejak asam ricinoleic, racun alami yang
ditemukan di kacang castor. Tampaknya tongkat ini adalah aplikator untuk
mengoles racun di panah atau mata tombak, lapor para arkeolog.
Dengan usia 20 ribu tahun, aplikator ini adalah tanda
pertama penggunaan racun yang pernah ditemukan.
"Ujung tipis tulang dari Zaman Batu awal di Gua
Perbatasan adalah bukti penggunaan busur dan panah," kata Villa. Pada masa
prasejarah, penggunaan busur dan panah dengan racun di ujung adalah cara untuk
membunuh herbivora berukuran sedang dan besar.
Penanggalan itu membantu mengisi kekosongan dalam peradaban
manusia, kata peneliti Lucinda Backwell, ahli paleoantropologi di University of
the Witwatersrand di Afrika Selatan.
"Penanggalan serta analisis materi arkeologi yang
ditemukan di Gua Perbatasan di Afrika Selatan sudah menunjukkan bahwa banyak
elemen materi budaya yang menjadi karakter kehidupan kelompok berburu-meramu,
bagian dari teknologi dan budaya penghuni situs ini 44 ribu tahun lalu,"
kata Backwell.
Sangat mungkin bahwa teknologi-teknologi ini muncul 50 ribu
sampai 60 ribu tahun lalu di Afrika dan kemudian menyebar ke Eropa, kata Villa.
sumber: National geographic, wikipedia dll