Nostalgia Sandiwara Radio Era 80-90
Buat sobat-sobat yang pernah ngalamin masa jayanya sandiwara
Radio tentunya punya kenangan manis dengan Sandiwara Radio ini. Tiap pulang
sekolah dan malam hari ngejogrokin Radio Transistor Cuma buat dengerin
Sandiwara Radio Saur Sepuh aka Satria Madangkara. Artikel ini admin dedikasikan
sebagai Nostalgia sandiwara Radio Era 80-90. Belum lagi Sandiwara Radio Misteri
Gunung Merapi aka Sembara, selanjutnya masih inget ga dengan Sandiwara Radio Tutur Tinular sampai yang bertema drama seperti Ibuku malang Ibu Tersayang. wess.. keren-keren banget dah sandiwara radio ini di jamannya.
Di era akhir tahun 80 sampai awal 90 an adalah masa kejayaan
Sandiwara Radio. Dimana kita tau pada saat itu supremasi Radio masih Berjaya (lah
TV Cuma baru TVRI doang). Radio seperti
barang wajib bagi setiap rumah tidak seperti sekarang dominasi radio sudah mulai menurun drastis (kecuali kaum bermobil yang jarang beli CD/kaset..hehe). Jadi kangen dengerin lagi meskipun
kalo nonton filmnya mah sumpah!! ilfil-nya ga ketulungan. Kelebihan Radio dibanding Televisi
kerasa banget karena imajinasi kita bisa bebas menggambarkan isi cerita yang
hanya berisi suara dan sound efek.
Sandiwara Radio Saur Sepuh
Ini Sandiwara Radio Terkeren menurut Admin. Masih inget dengan Sandiwara Radio Saur sepuh? Brama Kumbara
dengan ajian serat jiwa, ingat episode Serat Jiwa vs Ajian waringin sungsang? Juga sang adik kandung Mantili
dengan dua pedang andalannya (pedang setan dan pedang perak). Sandiwara Radio
Saur sepuh ini buah karya Nikki Kosasih dimainkan oleh antara lain, maria
oentoe, fery fadli, elly ermawati, ivone ross, kris urspon, bahar mario dan
beberapa nama lain dari sanggar prathivi (atau sanggar cerita?).
Selain Di Radio bahkan kasetnya laris terjual |
adalah sebuah sandiwara yang berkisah tentang kerajaan Madangkara. dipimpin seorang raja yang bernama Brama kumbara bersama patih
gotawa yang memiliki ajian gelang-gelang. Brama Kumbara digambarkan sosok yang tampan,
sakti dan bijaksana. pernah berkelana ke bumi sriwijaya bahkan ke negeri tibet.
mempunyai tunggangan seekor burung elang raksasa yang segera muncul bila
mendengar siulan nan khas seorang brama.
Brama memiliki adik berlainan ayah, Mantili, seorang
pendekar wanita ahli pedang dan dijuluki si pedang setan sebab mempunyai pedang
yang bila dicabut dari warangkanya segera mengeluarkan bau busuk luar biasa. kelak,
mantili memperoleh sebuah pedang baru hasil pampasan pertarungan yaitu pedang
perak. sebilah pedang yang bila ditarungkan -apalagi ketika ketika bulan
purnama, akan memantulkan sinar menyilaubutakan sehingga membuat lawan-lawannya
hilang pandangan. sepasang pedang di pinggang, membuat mantili kian ditakuti
lawan-lawannya dari golongan hitam.
Dalam perjalanannya, seorang pria bernama raden samba-
berwajah tampan dan bisa masuk ke dalam tanah seperti cacing, melengkapi
hari-hari mantili dengan perasaan cinta. sifat raden samba yang sabar
membuatnya cocok dengan mantili yang keras kepala. Belum lagi Tokoh lasmini
wanita pendekar antagonis cantik dan berubuh sintal yang menjadi musuh abadi
Mantili.
Sebenarnya banyak sekali kisah menarik tiap episodenya (sorry lupa detailnya sob) dari Kisah ber-setting Kerajaan
Madangkara. Oya.. Pintarnya yang bikin sandiwara radio, ditengah seru-serunya
pertarungan, dipotong iklan dulu, atau bersambung seri berikutnya. Sampai admin
hapal jingle lagu dari iklan sponsor obat flu dan obat diare. Nongol lagi nih iklan ..emang asumsinya
pecandu sandiwara radio itu rentan terkena flu dan diare?.. hehe
Sandiwara Radio Tutur Tinular
Tutur Tinular adalah lakon berikutnya yang merajai setelah
Saur Sepuh. Buah Karya S.Tijab, Kisah Perjalanan Pendekar Arya Kamandanu, Mei shin dan misteri pedang Naga
Puspa. Kisah dengan setting runtuhnya Singasari, serbuan Tar-tar dan kelahiran
Majapahit ini kelihatannya digarap dengan lebih serius. Terlihat dari dialog,
nama orang, dan nama jurus atau ajian, serta alur cerita yang tidak berkesan
asal-asalan. Terlebih karena mengambil latar sejarah. Sandiwara ini juga pintar
memikat emosi dari pendengarnya. Orang bisa dibuat geregetan dengan tingkah
polah Arya Dwipangga dan Ramapati. Atau terharu dengan kesetiaan Demung Wira
dan Gajah Biru.
illustrasi asli dari Sandiwara Radio Tutur Tinular |
Sayang saat suatu sandiwara radio difilmkan ke layar lebar
(apalagi waktu disinetronkan –senasib dengan film Saur sepuh), banyak hal yang menimbulkan kekecewaan.
Padahal dalam imajinasi kita sudah terbayang akan dahsyatnya ajian Seratjiwa vs
ajian Waringin Sungsang (Saur Sepuh), serunya benturan antara Kidung Pamungkas
vs Segoro Geni (Tutur Tinular), dan mencorongnya pamor pusaka keris
Megalamat-Ranggalawe atau pedang kuning-Mpu Renteng. Di benak kita sudah
terlanjur terbentuk gambaran akan seperti apa nantinya penampilan dari Jaka
Lumayung, Patih Gotawa, dan Sakawuni.
Sandiwara Radio Ibuku Malang Ibu Tersayang
Selain marak sandiwara radio dengan latar kerajaan dan
persilatan, pecinta drama keluarga juga mendapat tempatnya. Anda mungkin masih
ingat “Ibuku malang ibu tersayang”, karya dari Eddy Suhendro.
Ibuku malang Ibu tersayang versi film layar lebar |
Pendengar
sandiwara tersebut akan gemas mengikuti perjalanan Baskoro “si kucing buduk”
yang playboy, dalam mengatasi kelihaian tokoh antagonis Pak Sasongko. Sebuah
Drama jatuh bangun sebuah keluarga untuk tetap bertahan hidup. Sandiwara radio
ini sarat dengan pesan moral, romatisme dan nilai-nilai luhur sebuah
keluarga. Sandiwara Radio yang sangat
menarik.
Sandiwara Radio Misteri Gunung Merapi
Ada juga sandiwara radio yang sekarang sudah dijadikan
sinetron (sayangnya lepas dari pakem cerita aslinya), yaitu Misteri Gunung
Merapi, dengan lakonnya Mardian, Sembara, dan Mak Lampir. Sandiwara Radio ini
di awalnya asyik banget.. dengan setting horror dan menyeramkan seputar
keangkeran Gunung Merapi. Urutan cerita
sangat apik dan mencekam di awal-awal episode tapi sayangnya setelah episode
Cambuk api ceritanya semakin tidak jelas apalagi setelah diangkat ke layar TV
makin amburadul. Tambahan dikit mungkin
sobat juga pernah membaca atau mendengar Bendhe Mataram, karya Herman Pratikto,
dengan lakonnya Sangaji, bersetting pada masa kompeni sudah masuk ke tanah
Jawa. Cerita ini juga diangkat menjadi Sandiwara Radio yang asyik banget..
masih inget dengan ajian Kumayan Jati dan pohon sakti Dewandaru?
Epilog dari Admin..
Akhirnya.. sebelum menutup kenangan dan Nostagia sandiwara
Radio ini masih inget (lagi) ngga pemerintah sebenarnya tidak ketinggalan ikut
juga memproduksi sandiwara radio, kalau tidak salah judulnya Butir butir pasir
di laut (ini drama awet betul, sayang kurang penggemar) juga Sandiwara Radio
Babad Tanah Leluhur. Selain itu Catatan Si Boy juga awalnya dari sandiwara
radio lho. Cuma ngetopnya di Jakarta.. Berhubung admin di Bandung jadi admin
lebih mengidolakan Dongeng Wa Kepoh di banding Si Boy anak mami nan ganjen
itu.. hahaha. ... Peace bro!!
Memorabilia @kliningan 1980-1990