Kisah Hidup Mike Tyson: Kisah Berandalan Miskin Yang Kembali Miskin
Kisah hidup Mike Tyson |
Mungkin sobat mengenal sosok petinju controversial yang satu
ini. Yup! Mike Tyson seorang Petinju yang terkenal di era 90an. Sebuah
perjalanan dan kisah hidup petinju yang sempat terkenal, milyuner, lupa diri
dan terpuruk miskin kembali. Inilah Kisah Hidup Mike Tyson: Kisah Berandalan Miskin yang kembali miskin. Kini Mike Tyson kembali bangkit dari keterpurukannya
membangun hidupnya kembali dan sepertinya mulai mengisi hidupnya dengan dunia
yang lain. Berkat kedermawanan seseorang hidupnya membaik dengan mengisi acara
talkshaw dan theater. Sungguh suatu hal yang jauh berbeda dibanding masa jayanya
dulu. Mike Tyson mencoba membangun kembali hidupnya dari kesuksesan Film Hangover I,II dan sekuel terakhirnya Hangover III. Mungkin kisahnya bisa sedikit memberikan hikmah bagi sobat yang ingin
menyimaknya.
Berandalan itu dibekuk polisi. Di keramaian Los Angeles
suatu malam. Dia sudah sempoyongan. Alkohol dan kokain membunuh segenap
ingatan. Memacu mobil dengan kecepatan tinggi. Nyaris seruduk kiri kanan. Lupa
pula membawa surat ijin mengemudi.
Kepada polisi dia mengaku tersesat. Hendak pergi ke sebuah pesta, malah nyasar jauh dari
tujuan. Anehnya dua polisi itu tak menahan. Mereka malah mengantar lelaki mabuk
ini hingga di rumah pesta. Dua polisi baik hati itu menitip pesan kepada
penjaga pintu. “Kau harus memastikan dia pulang lagi ke rumahnya.”
Lalu kedua polisi itu pergi sembari berjanji akan datang
lagi mengecek si pemabuk itu. Begitu dua polisi itu pergi, semua peserta pesta
ikut bubar. Dengan mulut bau alkohol dia sempat meminta peserta menunggu. Tak
ada yang peduli.
Acara itu pun bubar. “Datang ke sebuah pesta diantar polisi
bukan ide bagus. Bisa merusak pesta,” ujar si pemabuk itu. “Kasihan juga si
tuan rumah.”
Pemabuk yang mencoba melucu itu adalah Mike Tyson, petinju
legendaris yang sohor dengan julukan si leher beton. Kisah di atas dituturkan
Tyson kepada Las Vegas Sun, 26 Februari 2012.
Dan kisah mabuk itu hanya satu dari sekian kisah mengerikan,
yang dituturkan dengan gaya melawak dalam acara Mike Tyson: Undisputed
Truth-Live on Stage. Itu acara akan ditampilkan di panggung teater.
Dalam acara itu, Tyson akan “menelanjangi” dirinya sendiri.
Mengajak penonton masuk ke dunia yang berjasa menerbangkan nama ke seluruh
dunia, sekaligus membantingnya ke titik nadir.
Kini, nasib si raja Knock Out itu memang sedang sempoyongan.
“Tiga tahun lalu saya tak punya rumah. Saya butuh uang untuk menjaga agar
serigala tak memasuki pintu,” tutur Tyson seperti dikutip dari The Sun, Senin 5
Maret 2012.
Beruntung, lanjutnya, seorang penggemar nun jauh di Inggris
sana, datang menolong. Memberi uang. Menampilkannya dalam sejumlah acara
talkshow. Dari uang itulah Tyson mendanai acara teater. Penonton membayar.
Mike Tyson adalah contoh bahwa hidup bisa diputar ke sisi
yang berseberangan. Dulu hidup dari bertarung di ring, kini hidup dari
membanyol. Dulu para penonton ngeri melihat keberingasannya, kini mereka
terbahak-bahak. Dua-duanya sama gunanya. Menyambung hidup.
*****
Michael Gerard Tyson, begitu nama pemberian orang tuanya,
lahir 30 Juni 1966 di Broklyn, sebuah daerah yang keras di kota New York.
Ayahnya, Jimmy Kirkpatrick, meninggalkan rumah saat Tyson berumur 2 tahun.
Seorang diri sang Ibu, Lorna Smith, membesarkan Tyson beserta dua saudaranya
Rodney dan Denise.
Saat remaja Tyson gemar berkunjung ke Taman Kota
Brownsville. Dia jatuh cinta pada taman itu. Pada burung dara yang selalu
berkerumun. Entah apa daya pikatnya. Dia melihat burung dara itu seperti hewan
ajaib.
Begitu sayang pada burung itu, ia lalu membeli dan merawat
seekor di rumah. Rajin memberi makan. Memandikan. Bermain-main dan bersenda
gurau dengan burung itu.
Suatu hari dia terkejut. Burung dara peliharaan itu raib
dari rumah. Dicari ke sana ke mari tidak ketemu juga. Ternyata burung itu
dicuri anak-anak bengal. Dan tak cuma mencuri, geng bengal itu memelintir leher
burung itu, hingga jadi bangkai.
Tubuh si pembunuh burung itu memang lebih besar. Juga
terlihat lebih kekar dari Tyson, yang saat itu berusia 11 tahun. Dan si bengal
itu benar-benar cari gara-gara. Sembari membawa bangkai burung itu dia lewat di
depan rumah. Lalu melempar bangkai itu ke muka si empunya.
Tyson yang pendiam itu pun murka. Murka alang kepalang.
Lalu nekat berkelahi melawan di tubuh besar itu. Tak menunggu lama, dia
menghujani bertubi-tubi bogem ke muka sang lawan. Ditonton banyak orang. Si
bengal itu babak belur. “Boleh diartikan
saya lah pemenangnya,” ujar Tyson dalam wawancara dengan majalah Time di
kemudian hari.
Baku pukul karena burung itu, mengubah jalan hidup Mike
Tyson. Dari anak rumahan menjadi berandalan jalanan. Dan hidup di jalanan
daerah kumuh itu, seakan cuma bisa bertahan dengan kepalan tangan. Dia lalu bergabung dengan geng jalanan.
Berkelahi nyaris saban pekan.
Dan semenjak itu hidupnya cuma di dua tempat. Jalanan dan
kamar penjara. Sebelum berumur 13 tahun, Tyson sudah ditangkap polisi 38 kali.
Sang ibu yang cemas lalu mengirim Tyson ke sekolah Tryon
School for Boys di Johnstown, New York. Sekolah itu menampung banyak anak
berandalan. Di situ banyak pilihan ekstrakurikuler. Dan Tyson memilih tinju.
Kelas itu dilatih oleh Bobby Stewart, seorang mantan
petinju. Tapi Tyson hanya berlatih beberapa bulan di situ. Melihat bakat besar
Tyson, Bobby lalu mengenalkannya dengan pelatih legendaris Cus D’ Amato. Lewat
tangan orang inilah dunia mengenal kepalan tangan si leher beton itu.
Dari sekolah itu dia dipindahkan ke sasana tinju D’Amato di
Catskill Boxing Club pada tahun 1980. Dibantu asistennya, Kevin Rooney, D’Amato
membentuk ulang anak bengal itu. Menanam kedisiplinan. Melatihnya mengendalikan
diri.
Kelak Tyson mengenang D’Amato sebagai arsitek dalam
hidupnya. “Dia menghancurkan hidup saya. Tapi kemudian ia membangunnya
kembali.” Sang pelatih memindahkan kebengalan anak jalanan itu ke atas ring.
Ketika diperam di sasana itu, Ibu Mike Tyson jatuh sakit.
Kanker menggerogoti ibu yang berjuang keras. Lalu menyerah. Lorna Smith wafat
tahun 1982, dua tahun sebelum Tyson memulai karir profesional.
Sepeninggal sang ibu, D’Amato menjadi wali Tyson. Dia
menjadi sosok ayah bagi Tyson, sampai D’Amato meninggal tahun 1985. Setelah
D’Amato wafat Tyson dilatih Kevin Rooney.
Tahun 1984, saat berusia 18 tahun, Tyson memulai debut tinju
profesional. Remaja bengal itu sukses memukul KO Hector Mercedes di ronde
pertama. Memukul Hector hingga tersungkur melempangkan jalan ke lawan-lawan
berikutnya.
Dan kemenangan demi kemenangan diraih. Hampir semua
tersungkur KO. Lalu tibalah 1986 itu. Remaja 20 tahun itu melawan Trevor
Berbick sang juara di kelas berat versi WBC.
Meski Berbick bertubuh besar, Tyson tidak sulit merubuhkan
sang juara. Di ronde kedua Berbick tersungkur. Tyson pun mencatatkan diri
sebagai petinju termuda dalam sejarah yang berhasil meraih sabuk juara kelas
berat dunia. Ia meraihnya dalam usia 20 tahun, 4 bulan, 22 hari.
Tyson kemudian membuat para petinju meriang ketakutan,
bahkan para juara. Pada tahun 1976 itu juga, dia memukul KO James Smith
pemegang sabuk kelas berat WBA. Lima bulan kemudian, Tyson menjadi petinju
pertama yang berhasil menyatukan seluruh gelar tinju kelas berat, setelah mengalahkan Tony Tucker, pemegang sabuk IBF.
Tyson kemudian dikenal sebagai raja KO. Dia berhasil menang
28 kali. Dan 26 di antaranya menang dengan KO atau TKO. Dari pertarungan
sejumlah itu, 16 di antaranya menang KO di ronde pertama. Hampir seluruh lawan
bengap.
Setelah menyudahi semua jawara di kelas berat, Tyson
kemudian menghadapi petinju yang mengincar gelar-gelar itu. Dari wajah baru
hingga para jawara tua. Dan mereka disudahi dengan cara menggetarkan.
Mantan juara kelas berat dunia Larry Holmes tersungkur di
ronde ke empat. Leonel Spinks jatuh dan tak bangun lagi hanya dalam tempo 91
detik. Kegarangan Tyson terus mendunia.
*****
Tapi keharuman itu tidak berumur panjang. Sejumlah kalangan
menyebutkan gaya hidup Mike Tyson berubah semenjak berkenalan dengan Don King,
promotor flamboyan yang gemar pesta.
Tyson mulai doyan pesta dan absen dari sasana latihan.
Hubungan dengan sang pelatih jadi tegang. Tyson marah besar.
Dan puncak perseteruan itu tahun 1988. Dia memecat tanpa sebab Kevin Rooney,
pelatih yang susah payah menanam kedisiplinan.
Rooney pergi, kehidupan Tyson kian liar. Tak ada lagi orang
yang sesabar Rooney mengingatkan soal disiplin dalam hidup, juga di atas ring.
Hidupnya kembali bengal. Rajin mabuk di pesta-pesta.
Dan dia menuai badainya lewat hook beruntun James Buster
Douglas. Petinju yang tidak dikenal itu menghajar Tyson Februari 1990 di
Jepang. Sebuah pukulan upper cut kanan memang sempat merubuhkan Douglas ke
lantai. Tapi dia bangun lagi. Seperti sudah mengukur daya pukulan Tyson,
Douglas tampil lebih impresif.
Dan hook kanan beruntun di ronde 10 mengirim Tyson mencium
kanvas. Dalam pertarungan ulang, Tyson kemudian membalas dendam. Memukul KO
Douglas. Tapi pertarungan melawan Douglas itu perlahan mulai meruntuhkan
kedigdayaan Tyson. Si raja KO itu bisa tersungkur juga, bahkan oleh pendatang
baru.
Meski para penantang mulai berani, Tyson tak kunjung
memperbaiki kelemahan utamanya, kedisiplinan. Hidupnya malah kian buram. Tahun
1991, dia dihukum penjara enam tahun karena memperkosa ratu kecantikan dari
Rhode Island, Desiree Washington.
Insiden itu terjadi di Indianapolis. Di penjara, Tyson mulai
mengenal dan memeluk agama Islam. Dia mengganti nama menjadi Malik Abdul Aziz.
Tiga tahun dia menjalani hukuman.
Keluar dari penjara dia seperti terlahir kembali. Berhasil
merebut gelar WBC dan WBA dengan memukul KO Frank Bruno dan Bruce Seldon.
Namanya kembali gemilang dalam dunia tinju.
Tapi masa suram itu datang lewat kepalan tangan Evander
Holyfield. Petinju yang telah lama menunggu giliran bertarung melawan Tyson.
Menerima pukulan bertubi-tubi 9 November 1996 dari Evander, wasit menghentikan
pertandingan. Tyson kalah TKO. Dia kehilangan gelar WBA.
Pertandingan ulangnya dibatalkan setelah Tyson menggigit
kuping Holyfield. Tyson berdalih, dia kesal karena kepala Holyfield terus
membentur dahinya tanpa dihentikan wasit. Semenjak itu Tyson jadi bahan olokan.
Tahun 2002, dia kembali bertinju pada usia ke 35. Tapi ia
kalah KO oleh Lennox Lewis. Tahun 2006, Tyson resmi mundur setelah kalah KO
dari Danny Williams dan Kevin Mcbride. Dua petinju yang tak begitu dikenal
dunia.
*****
Gelar hilang, harta juga lenyap. Berkarir semenjak 1984,
Tyson sesungguhnya meraup uang banyak. Sedikitnya U$400 juta dolar. Sekitar
Rp3,6 triliun. Si leher beton ini memang dibayar mahal tiap bertinju. Pada masa
keemasan pernah dibayar U$30 juta dolar alias Rp270 miliar. Untuk sekali
tarung.
Bergelimang uang, gaya hidupnya di awang. Pada akhir 2003,
Tyson pergi ke toko permata dan membeli emas berlapis permata 80 karat seharga U$174.000
dolar atau Rp1,5 miliar. Dia banyak menghabiskan uang bersama wanita.
Memanjakan mereka dengan perhiasan dan foya-foya. Saban hari begitu, tentu saja
uang itu ludes.
Hanya delapan bulan sesudah kehebohan membeli emas miliaran
itu, Tyson mengumumkan dirinya bangkrut. Ia mendaftarkan pengakuan bangkrut itu
pada 22 Desember 2003 di Pengadilan Kebangkrutan Amerika Serikat di Manhattan.
Harian The New York Times melaporkan Tyson memiliki utang
U$23 juta dolar atau Rp207 miliar. Ia juga memiliki utang pajak di Amerika
Serikat dan Inggris sebesar U$17 juta dolar atau Rp153 miliar.
Utang itu untuk biaya pengacara sebesar U$750 ribu dolar
atau Rp6,7 miliar. Utang biaya pelayanan limosine sejumlah U$300 ribu dolar
atau Rp2,7 miliar. “Saya betul-betul sudah melarat dan bokek,” katanya kepada
wartawan saat itu.
Tidak hanya bokek, Tyson bahkan dikabarkan sudah jadi
gembel. Pada tahun 2004, di berbagai forum internet, ramai diberitakan Tyson
hidup luntang-lantung hidup tanpa rumah. Seluruh asetnya habis membayar utang.
Lalu munculah bantuan penggemar di Inggris itu. Dia kemudian menikahi seorang wanita bernama
Lakiha Spicer tahun 2009. Bersama Spicer, yang akrab disapa Kiki itu, Tyson
mengatur hidup dari pinggiran kota Las Vegas. Mereka tinggal di perumahan Seven
Hills.
Menurut The New York Times, rumah itu dibeli Tyson dari
Jalen Rose, pebasket NBA. Dan itulah satu-satunya aset Tyson saat ini. Kini
usianya 45 tahun. Punya dua anak bernama Moroco dan Milan. Meski hidup
pas-pasan, kata Tyson, “Saya memiliki banyak kesenangan, seorang istri dan dua
anak.”
Kini hidup Tyson berubah. Tidur pukul delapan malam. Jam dua
pagi dia bangun. Lalu mendengar musik dari Ipod-nya. Setelah itu membaca buku.
Ia melalap buku apa saja.
Pukul 6 pagi, saat istrinya bangun, barulah ia memulai
harinya. Biasanya mereka berunding soal proyek. Bersama sang istri, Tyson
memang mendirikan perusahaan Tyranic. Bergerak di bidang hiburan. Sang istri
jadi manajer Tyson.
Sejumlah proyek yang digarap antara lain pembuatan film, pertunjukan teater, atau talk
show. Dan semua acara itu berkisah tentang Mike Tyson.
Pemain di setiap teater adalah Tyson. Ia bahkan pemain
tunggal. Pada setiap panggung dia berkisah tentang hidupnya sendiri. Menurut The Washington Post, pagelaran
berjudul “Mike Tyson: Undisputed Truth— Live on Stage” akan digelar selama
sepekan. Dari 13 April sampai 18 April
2012.
Harga tiketnya tidak mahal. Untuk 740 kursi penonton, tiket
dijual seharga U$99,99 dolar atau Rp900 ribu. Sementara untuk kursi VIP dijual
U$499,99 dolar atau sekitar Rp4,5 juta. Acara itu akan digelar di MGM Grand
Hollywood Theatre.
Proyek terakhir yang sedang digarap suami istri adalah film
komedi “Hangover III.” Film ini memang berkisah tentang sejarah hidup Tyson.
Setelah sukses dengan Hangover I dan II, kini Tyson menggagas untuk membuat
sekuel ketiga.
Generasi muda kini lebih mengenal Tyson sebagai pemain
teater dan film ketimbang sebagai petinju legendaris. Satu dari dua polisi baik
hati yang menghantar Tyson ke tempat pesta malam itu, berujar dengan suara girang, “Saya menyukai
penampilan Anda di Hangover.”