Asal usul Valentine's Day - Festival Lupercalia
Terkadang masyarakat sekarang banyak yang terdorong mengikuti
trend suatu perayaan tanpa tau makna dan asal usul perayaan tersebut. Sebagai manusia yang diwajibkan berpikir maka carilah kebenarannya sebelum mengikutinya. Bagi
yang memang ingin mengetahui asal usul Valentine Day, Festival Lupercalia adalah sumber sejarahnya. Sebuah kebiasaan dari jaman Roma dalam kepercayaan paganisme.
Tanggapan Pro dan kontra, santai atau serius mengenai hari valentine day ini
penulis serahkan pada pembaca sekalian. Disini admin hanya sekedar menyajikan
ulang dokumentasi sejarah yang ada. Silahkan anda mengkajinya lebih lanjut
mengenai keabsahan valentine’s day atau yang biasa disebut dengan Hari Kasih sayang.
Lupercalia Fest - Asal Mula Valentine's Day
Lupercalia Fest - Perayaan paganisme |
Festival merupakan sebuah perayaan yang berlangsung pada
tanggal 13 hingga 18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai
puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk Dewi Cinta
(Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata. Pada tanggal 13-nya, di pagi
hari, pendeta tertinggi pagan Roma menghimpun para pemuda dan pemudi untuk
mendatangi kuil pemujaan. Mereka dipisah dalam dua barisan dan sama-sama
menghadap altar utama. Semua nama perempuan muda ditulis dalam lembaran-lembaran
kecil. Satu lembaran kecil hanya boleh berisi satu nama. Lembaran-lembaran yang
berisi nama-nama perempuan muda itu lalu dimasukkan kedalam wadah mirip kendi
besar, atau ada juga yang menyebutnya di masukan ke dalam wadah mirip botol
besar.
Setelah itu, sang pendeta yang memimpin upacara
mempersilakan para pemuda maju satu persatu untuk mengambil satu nama gadis
yang telah berada di dalam wadah secara acak, hingga wadah tersebut kosong.
Setiap nama gadis yang terambil, maka sang empunya nama harus menjadi kekasih
pemuda yang mengambilnya dan berkewajiban melayani segala yang diinginkan sang
pemuda tersebut selama setahun hingga Lupercalian Festival tahun depan.
Tanpa ikatan perkawinan, mereka bebas berbuat apa saja. Dan
malam pertama di hari itu, malam menjelang 14 Februari hingga malam menjelang
15 Februari, di seluruh kota, para pasangan baru itu merayakan apa yang kini
terlanjur disebut sebagai ‘Hari Kasih Sayang’. Suatu istilah yang benar-benar
keliru dan lebih tepat disebut sebagai ‘Making Love Day’ alias Malam
Kemaksiatan.
Inikah perayaan Hari Kasih Sayang? |
Pada tanggal 15 Februari, setelah sehari penuh para pasangan
baru itu mengumbar syahwatnya, mereka secara berpasang-pasangan kembali
mendatangi kuil pemujaan untuk memanjatkan doa kepada Dewa Lupercalia agar
dilindungi dari gangguan serigala dan roh jahat. Dalam upacara ini, pendeta
pagan Roma akan membawa dua ekor kambing dan seekor anjing yang kemudian
disembelih diatas altar sebagai persembahan kepada Dewa Lupercalia atau
Lupercus. Persembahan ini kemudian diikuti dengan ritual meminum anggur.
Setelah itu, para pemuda mengambil satu lembar kulit kambing
yang telah tersedia dan berlari di jalan-jalan kota sambil diikuti oleh para
gadis. Jalan-jalan kota Roma meriah oleh teriakan dan canda-tawa para
muda-mudi, di mana yang perempuan berlomba-lomba mendapatkan sentuhan kulit
kambing terbanyak dan yang pria berlomba-lomba menyentuh gadis
sebanyak-banyaknya.
Quote:
Para perempuan Romawi kuno di zaman itu sangat percaya bahwa
kulit kambing yang dipersembahkan kepada Dewa Lupercus tersebut memiliki daya
magis yang luar biasa, yang mampu membuat mereka bertambah subur, bertambah
muda, dan bertambah cantik. Semakin banyak mereka bisa menyentuh kulit kambing
tersebut maka mereka yakin akan bertambah cantik dan subur.
Upacara yang sangat dinanti-nantikan orang-orang muda di
Roma ini menjadi salah satu perayaan favorit. Hal ini tidak aneh mengingat
kehidupan masyarakat Pagan Roma memang sangat menuhankan keperkasaan
(kejantanan), kecantikan, dan seks. Bahkan para Dewa dan Dewi—tuhan
mereka—digambarkan sebagai sosok lelaki perkasa dan perempuan yang cantik nan
menawan, dengan pakaian yang minim bahkan telanjang sama sekali. Bangsa Roma
memang sangat memuja kesempurnaan raga. Banyak literatur menulis tentang
tradisi Pagan Roma tersebut. Sampai sekarang, pusat-pusat kebugaran yang
menjadi salah satu ‘tren orang modern’ disebut sebagai Gymnasium atau disingkat
Gym saja, yang berasal dari istilah Roma yang mengacu pada tempat olah tubuh.
Tradisi pemujaan terhadap keperkasaan dan kecantikan ini,
dan tentunya semuanya bermuara pada pendewaan terhadap syahwat, tidak
menghilang saat Roma dijadikan pusat Gereja Barat oleh Kaisar Konstantin.
Gereja malah melanggengkan ritual pesta syahwat ini dengan memberinya ‘bungkus
kekristenan’ dengan mengganti nama-nama gadis dan para pemuda dengan nama-nama
Paus atau Pastor atau orang-orang suci seperti Santo atau Saint (laki-laki)
atau Santa (Perempuan). Mereka yang melakukan ini adalah Kaisar Konstantin
sebagai Paus pertama dan Paus Gregory I. Bahkan pada tahun 496 M, Paus Gelasius
I menjadikan Lupercalian Festival ini menjadi perayaan Gereja dengan
memunculkan mitos tentang Santo Valentinus (Saint Valentine’s) yang dikatakan
meninggal pada 14 Februari.
Inilah apa yang sekarang kita kenal sebagai ‘The Valentine’s
Day’. Lupercalian Festival yang sesungguhnya lebih tepat disebut sebagai
‘Making Love Day, merupakan asal-muasal peringatan ini. Oleh sejumlah pihak
yang ingin mendapat keuntungan dari ritual tersebut dan eksesnya, momentum itu
disebut sebagai ‘Hari Kasih Sayang’, sesuatu yang sangat jauh dan beda
esensinya.
Masih berminat merayakan Hari Kasih sayang atau Valentine's Day?.. it's up to you
Masih berminat merayakan Hari Kasih sayang atau Valentine's Day?.. it's up to you
sumber: wikipedia, national geographic dll