Misteri Fenomena Lorong Waktu Penumpang Titanic
Misteri Lorong Waktu Kapal Titanic - Seringkali kita menonton film tentang kisah lorong waktu dan juga
tentang “Time traveller” seperti kisah "Quantum Leap” dan juga film fiksi
lainnya. Ada satu pertanyaan yang pasti terlintas di hati kita sebagai penonton “Mungkinkah
lorong waktu itu ada?” Ada sebuah fakta dan kesaksian tentang berita yang
pernah admin baca yaitu Misteri fenomena Lorong waktu penumpang Titanic yang
ditemukan kembali di masa kini jauh dari masa Titanic iti tenggelam. Benarkah
berita tersebut? Mari kita simak Berita fenomena lorong waktu saat kapal
titanic tersebut tenggelam.
Dua orang korban musibah kapal Titanic pada 1912, tiba-tiba muncul
dalam keadaan hidup. Korban selamat pertama yang muncul adalah seorang
penumpang wanita bernama Wenny Kathe yang berusia 29 tahun. Ia ditemukan pada
September 1990 diatas gumpalan es Samudra Atlantik Utara. Sekalipun sudah
hanyut dan terapung selama berpuluh-puluh tahun, tidak membuatnya terlihat tua
dan lemah. Padahal dirinya diketahui hilang sejak 1912. Bahkan kantor pelayaran
telah memberikan pernyataan tentang keaslian identitas dirinya.
Korban selamat kedua adalah sang kapten kapal, Smith. Ia ditemukan pada
9 Agustus 1991, setahun setelah ditemukannya Wenny Kathe. Sekalipun telah
berusia 139 tahun, sang kapten masih tampak sehat dan jauh lebih muda dari
usianya. Bahkan ia masih menganggap saat itu adalah masa-masa sekitar
tenggelamnya kapal Titanic pada 15 April 1912. Melalui identifikasi sidik jari
yang masih tersimpan dalam catatan pelayaran laut, dapat dipastikan identitas
Kapten Smith tersebut memang benar.
Wenny Kathe dan Kapten Smith menjadi saksi hidup dari peristiwa
misterius ini melalui lintasan lorong waktu. Ilmuwan Amerika Ado Snandick
berpendapat bahwa mata manusia tidak dapat melihat keberadaan suatu benda dalam
ruang lain. Itulah yang disebut objektifitas keberadaan lorong waktu.
Dalam ajaran Budha terdapat satu bait penuturan, "Bagaikan sehari
di kayangan, tapi serasa ribuan tahun lamanya di Bumi". Dalam kasus ini,
kalimat tersebut sepertinya memiliki arti yang sangat dalam.