Kisah Paus Moby Dick Dan Kapal Pemburu Paus Essex
Sebuah kisah klasik tentang lautan selalu menarik untuk kita simak. Itulah mengapa Kisah tentang petualangan lautan dan bajak laut selalu menarik untuk kita baca karena ada unsur ‘curious’ atau rasa ingin tahu yang menjadi sifat dasar manusia. Jauh sebelum Film Pirate of Caribbean populer ada sebuah kisah klasik yang lebih terkenal yaitu Kisah Paus Moby Dick Dan Kapal Pemburu Paus Essex yang hancur tenggelam karena ambisinya untuk memburu paus legendaris tersebut. Moby Dick Adalah paus raksasa berwarna putih. Kisah Moby Dick ini juga telah difilmkan dalam versi terbaru dalam film berjudul 'In the Heart of the Sea' rilis 2015. Bintangnya adalah Chris Hemsworth, Benjamin Walker, Cillian Murphy, dan Tom Holland. Melihat film garapan sutradara pemenang Academy Awards, Ron Howards dan akting pemerannya yang sangat apik pasti membuat kita betah menontonnya.
Kisah Kapal Pemburu Paus Essex
Film ‘In The Heart Of The Sea’ diadaptasi dari sebuah kisah nyata yang ditulis dalam bentuk novel oleh Herman Melville tahun 1851 atau sekitar pertengahan abad ke-19 berjudul Moby Dick. Novel ini bercerita tentang kapal Essex, pemburu ikan paus putih raksasa bernama Moby Dick. Konon, seorang kapten kapal, George Pollack memiliki obsesi besar untuk menangkap ikan paus dengan mengarungi samudera tak bertuan.
Kisah ini berlatar tahun 1840-an di sebuah kota NewBedford, Massachussets, Amerika. Kota tersebut merupakan pusat armada kapal penangkap ikan paus terbesar di dunia. Paus sperma (sperm whale) diburu untuk diambil lemak (blubber) atau minyak atau zat spermaceti, seperti cairan lilin berwarna putih di kepala paus, yang saat itu diperebutkan karena bernilai ekonomi tinggi.
Tahun 1820, kapal Essex yang dipimpin kapten Pollack beserta 25 awak kapan bertolak dari Nantucket untuk berlayar ke Samudera Pasifik. Di awal pelayarannya, mereka berhasil mendapatkan beberapa ekor ikan paus dalam waktu yang singkat. Selama berbulan-bulan mereka berlayar bersama dengan terpaan angin dan badai. Pelayaran kemudian berlanjut hingga menelusuri perairan. Selanjutnya mereka terobsesi untuk memburu Paus putih raksasa yang mereka buru selama ini.
Mereka menemukan lintasan Paus Putih tersebut tersebut tapi Kapal Essex ditabrak hingga akhirnya terbalik dan karam. Tapi kapten Pollack bersama awak kapal berhasil menyelamatkan diri dengan tiga sekoci.
Kapal Essex tersebut tenggelam di 2.000 mil laut (3.700 km) sebelah barat pantai barat Amerika Selatan.Di kapal tersebut terdapat 25 awak dan semuanya berhasil menyelamatkan diri dengan menuju ke Pulau Henderson. Di dalam pulau ini mereka bertahan hidup dengan memakan ikan, burung dan tumbuhan. Cukupkah persediaan makanan tersebut? Inilah yang terjadi berikutnya.
Karena sumber daya alam dalam pulau tersebut hanya cukup untuk seminggu saja, berikutnya untuk bertahan hidup mereka saling membantai, memakan tidak peduli teman dan saudara. Setahun setelah karamnya kapal pemburu paus tersebut, sebuah kapal penangkap ikan berhasil menolong awak yang tersisa dan hanya ada dua awak yang tersisa. Sementara di pulau lain terdapat awak lain yang berhasil diselamatkan.
Pertolongan baru datang hampir setahun kemudian oleh kapal penangkap ikan Dauphin Nantucket 95. Saat itu dua orang yang selamat, kapten Pollard dan Ramsdell, orang yang membunuh Coffin sepupu Pollard. Di tempat terpisah crew lain berhasil diselamatkan kapal dagang India. Sebanyak delapan orang berhasil diselamatkan. Pengakuan mereka, mereka berhasil bertahan hidup dengan mengkonsumsi mayat tujuh temannya.
Demi Bertahan Hidup Memakan Teman Sendiri
Semua keindahan alam memang memikat tapi ternyata tetap “asing” dan bisa menjadi mematikan. Meskipun selamat, bekal hidup mereka menipis. Mereka tarombang-ambing di tengah luasnya samudera Pasifik. Bencana demi bencana datang, cuaca berubah ekstrim. Satu per satu awak kapal lenyap di telan ombak.
Dalam kondisi yang teramat parah, di antara kru kapal yang lemah akhirnya tewas. Jasadnya mereka makan, mulai jantung, hati hingga tersisa kulit dan tulang. Mereka memakan mayat rekan mereka sendiri. Sampai akhirnya hanya tersisa empat orang dalam sekoci. Dalam keadaan kritis, diputuskan salah satu di antara mereka harus dibunuh untuk mempertahankan hidup yang lain.
Mereka mengambil undian dan vonis jatuh ke Owen Coffin, saudara sepupu dari kapten Pollack yang baru berusia 18 tahun. Undian selanjutnya diambil untuk menentukan siapa yang akan melakukan eksekusi penembakan terhadap Coffin. Undian jatuh pada Charles Ramsdell. Kapten Pollack harus merelakan kepergian sepupunya itu untuk “dikanibalisme” oleh kru kapal yang tersisa.
Setelah beberapa lama di lautan, sekawanan burung camar mengitari mereka. Sebuah tanda bahwa paus raksasa Moby Dick muncul lagi. Tak disangka burung camar membenarkan keberadaan sang paus. Tekad untuk menaklukkan paus tak pernah surut. Mereka bersiap, tapi tiba-tiba seorang perwira bernama Owen Chase mengurungkan niat untuk membunuh sang paus.
Dendam Kapten Pollack Pada Paus Putih
Tak ayal keputusan Owen Chase tersebut membuat sang kapten Pollack semakin menyimpan kesumat. Akhirya diketahui kemudian, kapten Pollack pada Februari 1823 kembali memimpin kapal bernama “Two Brothers” untuk tetap melanjutkan perbuaruan ikan paus putih itu. Namun, misi menaklukkan sang paus kedua kalinya ini juga karam di Shoal (perairan 6000 mil dari Honolu), karena kapalnya menabrak karang.
Kisah ini diabadikan dalam novel dan film
Cerita ini menginspirasi lahirnya novel karya Herman Melville, Moby Dick (1851). Baru-baru ini pada 2015, cerita Essex dirilis dalam film berjudul In the Heart of the Sea dengan pemain Chris Hemsworth, Tom Holland, Benjamin Walker dan Cillian Murphy. Selanjutnya dari tulisan Owen Chase dan manuskrip Thomas Nickerson inilah yang kemudian menjadi inspirasi bagi Herman Melville untuk mengarang novel “Moby Dick”. Melville namanya abadi karena menulis “Moby Dick”, sementara dua saksi kejadian tersebut justru namanya hilang ditelan masa. Kisah paus “Moby Dick” dan tenggelamnya kapal Essex ini sungguh tragis.
Meski kisah ini memiliki sisi kepahlawanan yang kuat. Perburuan ikan paus memberi metafora tentang pengetahuan bahwa sampai kapan pun manusia tidak dapat melawan alam. Moby Dick adalah suatu kenyataan kosmik yang harus dipahami.
Referensi :
[1]. id.wikipedia
[2]. https://anomali-xfile.blogspot.co.id/2017/05/kisah-kapal-pemburu-paus-essex.html
[3]. http://trendezia.com/Trendz/read/3624/kisah-paus-moby-dick-dan-tenggelamnya-kapal-essex
Kisah Kapal Pemburu Paus Essex
Film ‘In The Heart Of The Sea’ diadaptasi dari sebuah kisah nyata yang ditulis dalam bentuk novel oleh Herman Melville tahun 1851 atau sekitar pertengahan abad ke-19 berjudul Moby Dick. Novel ini bercerita tentang kapal Essex, pemburu ikan paus putih raksasa bernama Moby Dick. Konon, seorang kapten kapal, George Pollack memiliki obsesi besar untuk menangkap ikan paus dengan mengarungi samudera tak bertuan.
Kisah ini berlatar tahun 1840-an di sebuah kota NewBedford, Massachussets, Amerika. Kota tersebut merupakan pusat armada kapal penangkap ikan paus terbesar di dunia. Paus sperma (sperm whale) diburu untuk diambil lemak (blubber) atau minyak atau zat spermaceti, seperti cairan lilin berwarna putih di kepala paus, yang saat itu diperebutkan karena bernilai ekonomi tinggi.
Tahun 1820, kapal Essex yang dipimpin kapten Pollack beserta 25 awak kapan bertolak dari Nantucket untuk berlayar ke Samudera Pasifik. Di awal pelayarannya, mereka berhasil mendapatkan beberapa ekor ikan paus dalam waktu yang singkat. Selama berbulan-bulan mereka berlayar bersama dengan terpaan angin dan badai. Pelayaran kemudian berlanjut hingga menelusuri perairan. Selanjutnya mereka terobsesi untuk memburu Paus putih raksasa yang mereka buru selama ini.
Mereka menemukan lintasan Paus Putih tersebut tersebut tapi Kapal Essex ditabrak hingga akhirnya terbalik dan karam. Tapi kapten Pollack bersama awak kapal berhasil menyelamatkan diri dengan tiga sekoci.
Kapal Essex tersebut tenggelam di 2.000 mil laut (3.700 km) sebelah barat pantai barat Amerika Selatan.Di kapal tersebut terdapat 25 awak dan semuanya berhasil menyelamatkan diri dengan menuju ke Pulau Henderson. Di dalam pulau ini mereka bertahan hidup dengan memakan ikan, burung dan tumbuhan. Cukupkah persediaan makanan tersebut? Inilah yang terjadi berikutnya.
Karena sumber daya alam dalam pulau tersebut hanya cukup untuk seminggu saja, berikutnya untuk bertahan hidup mereka saling membantai, memakan tidak peduli teman dan saudara. Setahun setelah karamnya kapal pemburu paus tersebut, sebuah kapal penangkap ikan berhasil menolong awak yang tersisa dan hanya ada dua awak yang tersisa. Sementara di pulau lain terdapat awak lain yang berhasil diselamatkan.
Pertolongan baru datang hampir setahun kemudian oleh kapal penangkap ikan Dauphin Nantucket 95. Saat itu dua orang yang selamat, kapten Pollard dan Ramsdell, orang yang membunuh Coffin sepupu Pollard. Di tempat terpisah crew lain berhasil diselamatkan kapal dagang India. Sebanyak delapan orang berhasil diselamatkan. Pengakuan mereka, mereka berhasil bertahan hidup dengan mengkonsumsi mayat tujuh temannya.
Demi Bertahan Hidup Memakan Teman Sendiri
Semua keindahan alam memang memikat tapi ternyata tetap “asing” dan bisa menjadi mematikan. Meskipun selamat, bekal hidup mereka menipis. Mereka tarombang-ambing di tengah luasnya samudera Pasifik. Bencana demi bencana datang, cuaca berubah ekstrim. Satu per satu awak kapal lenyap di telan ombak.
Dalam kondisi yang teramat parah, di antara kru kapal yang lemah akhirnya tewas. Jasadnya mereka makan, mulai jantung, hati hingga tersisa kulit dan tulang. Mereka memakan mayat rekan mereka sendiri. Sampai akhirnya hanya tersisa empat orang dalam sekoci. Dalam keadaan kritis, diputuskan salah satu di antara mereka harus dibunuh untuk mempertahankan hidup yang lain.
Mereka mengambil undian dan vonis jatuh ke Owen Coffin, saudara sepupu dari kapten Pollack yang baru berusia 18 tahun. Undian selanjutnya diambil untuk menentukan siapa yang akan melakukan eksekusi penembakan terhadap Coffin. Undian jatuh pada Charles Ramsdell. Kapten Pollack harus merelakan kepergian sepupunya itu untuk “dikanibalisme” oleh kru kapal yang tersisa.
Setelah beberapa lama di lautan, sekawanan burung camar mengitari mereka. Sebuah tanda bahwa paus raksasa Moby Dick muncul lagi. Tak disangka burung camar membenarkan keberadaan sang paus. Tekad untuk menaklukkan paus tak pernah surut. Mereka bersiap, tapi tiba-tiba seorang perwira bernama Owen Chase mengurungkan niat untuk membunuh sang paus.
Dendam Kapten Pollack Pada Paus Putih
Tak ayal keputusan Owen Chase tersebut membuat sang kapten Pollack semakin menyimpan kesumat. Akhirya diketahui kemudian, kapten Pollack pada Februari 1823 kembali memimpin kapal bernama “Two Brothers” untuk tetap melanjutkan perbuaruan ikan paus putih itu. Namun, misi menaklukkan sang paus kedua kalinya ini juga karam di Shoal (perairan 6000 mil dari Honolu), karena kapalnya menabrak karang.
Baca Juga : Legenda 5 Kapal Hantu Paling TerkenalSetelah kejadian sial yang beruntun dua kali itu, kapten Pollack akhirnya “gantung kemudi”. Sementara, Owen Chase menulis kisah tragis tenggelamnya kapal Essex karena hantaman paus begitu pula dengan Thomas Nickerson kru yang selamat juga menulis kisah tersebut, tapi manuskripnya baru ditemukan seratus tahun kemudian dan diterbitkan pada tahun 1984.
Kisah ini diabadikan dalam novel dan film
Cerita ini menginspirasi lahirnya novel karya Herman Melville, Moby Dick (1851). Baru-baru ini pada 2015, cerita Essex dirilis dalam film berjudul In the Heart of the Sea dengan pemain Chris Hemsworth, Tom Holland, Benjamin Walker dan Cillian Murphy. Selanjutnya dari tulisan Owen Chase dan manuskrip Thomas Nickerson inilah yang kemudian menjadi inspirasi bagi Herman Melville untuk mengarang novel “Moby Dick”. Melville namanya abadi karena menulis “Moby Dick”, sementara dua saksi kejadian tersebut justru namanya hilang ditelan masa. Kisah paus “Moby Dick” dan tenggelamnya kapal Essex ini sungguh tragis.
Baca juga : Ikan Paus Putih Mirip Moby Dick Muncul Di AustraliaBanyak orang mungkin telah mengetahui bagaimana cerita Moby Dick. Tapi dari film In The Heart Of The Sea ini yang paling menonjol adalah bagaimana mereka bertahan hidup setelah kapalnya rusak akibat diserang paus raksasa. Selain itu, perjalanan pulang pulalah yang membuat semua awak kapal yang selamat menutup mulut dan berhenti bercerita tentang misi mengumpulkan minyak paus saat menggali minyak bumi dari tanah belum diketahui. Efek visual yang dihadirkan membawa suasana perjalanan di tengah laut lengkap saat ombak, badai hingga paus raksasa menyerang. Lalu, tampilan para pemainnya yang kelaparan di tengah laut juga terlihat begitu meyakinkan.
Meski kisah ini memiliki sisi kepahlawanan yang kuat. Perburuan ikan paus memberi metafora tentang pengetahuan bahwa sampai kapan pun manusia tidak dapat melawan alam. Moby Dick adalah suatu kenyataan kosmik yang harus dipahami.
Referensi :
[1]. id.wikipedia
[2]. https://anomali-xfile.blogspot.co.id/2017/05/kisah-kapal-pemburu-paus-essex.html
[3]. http://trendezia.com/Trendz/read/3624/kisah-paus-moby-dick-dan-tenggelamnya-kapal-essex