Skip to main content

PROFIL JAN MINTARAGA - PENGARANG KOMIK ERA 80

Mungkin bagi penggemar komik silat Era 80 sangat mengenal pengarang yang satu ini. Profil Jan Mintaraga - Pengarang Komik Era 80 ini dikenal memiliki karya-karya yang apik khususnya dari kualitas gambarnya begitupun dengan kisah-kisahnya. Tidak hanya terpaku pada Komik Cersil, Jan juga membuat komik roman Jakarta Era 80.

Ia mulai menggambar komik sejak tahun 1965. Banyak karya yang sudah diterbitkan, antara lain Sebuah Noda Hitam, Tunggu Aku di Pintu Eden. Cerita-cerita silat: Kelelawar, Teror Macan Putih, Indra Bayu, dll. 

Jan Mintaraga yang mempunyai nama asli Suwalbiyanto memulai dengan "Cinde Laras!" (Arya Guna), serta "Rajawali Menuntut Balas", yang masih berbau tokoh-tokoh Amerika. Jan mulai menarik minat pembacanya dengan "Sebuah Noda Hitam" (1968). Segera disusul dengan "Rhapsodi Dalam Sendu". Tapi tokoh ciptaannya yang terkenal, Rio Purbaya, dalam Sebuah Noda Hitam, yang laris pada awal 1970-an. Untuk Jakarta saja, menurut penerbitnya, terjual 20 ribu eksemplar dan menjadi box office. Bahkan saking populernya tokoh Rio, Roy Marten aktor terpopuler pada saat itu mengaku terilhami tokoh Rio setelah melahap habis komik itu. Roy bahkan sampai berpenampilan sama dengan Rio, kemeja kotak-kotak biru dan celana jeans belel.

Jan Mintaraga (Nama asli Suwalbiyanto lahir di Yogyakarta, 8 November 1942 – meninggal 14 Desember 1999 pada umur 57 tahun) adalah seorang komikus silat (Cerita silat bergambar) Indonesia. Ia sempat mengecap pendidikan di Akademi Seni Rupa Indonesia di Yogyakarta dan di Institut Teknologi Bandung.
Pada 1970-an, Jan termasuk salah satu komikus dengan bayaran termahal. Tepatnya Jan mulai berkarier di Tahun 1965. Sebagai gambaran untuk komik setebal ‘hanya’ 48 halaman, honor yang diterima Jan adalah Rp 200 ribu. Tapi itu adalah tahun 1970-an, di mana harga emas waktu itu Rp 250 per gram, jadi bisa dibayangkan betapa jayanya kehidupan komikus yang sukses di zamannya. Selain dikenal karena komik-komik romannya Jan juga sempat membuat beberapa komik laga seperti Indra Bayu, Runtuhnya Pualam Putih, Kelelawar, Puri Iblis, Runtuhnya Puri Iblis, Misteri Tertangkap Jin, Macan Putih, dan Sepasang Gelang Mustika.

Khusus untuk komik-komik roman Jakarta-nya, Karya-karya Jan begitu berpengaruh berkat karakter tokoh-tokohnya yang kuat. Dia selalu menampilkan tookohnya dengan karakter rambut gondrong, acuh dan agak sinis. Celananya jin belel sepatu kets. Rokok terselip di bibirnya dan menggelantung jaket di pundak. Pada tokoh gadisnya goresan Jan Mintaraga selalu digambarkan dengan bentuk mata indah dan besar. Sedangan dandanan rambutnya sangat anggun. Jan juga mengerjakan detail-detail kecil pada latar belakang, seperti pada bangunan, interior sebuah ruangan, tirai, baju kotak-kotak dengan cara yang menonjol. Juga mulai penggunaan tinta putih untuk memberikan efek-efek tertentu.

Jan belajar di bawah bimbingan komikus R.A. Kosasih dan Ardisoma. Ia dianggap sebagai komikus yang agak kebarat-baratan, terutama karena gayanya sangat dipengaruhi komikus Amerika. Hal itu dapat dilihat dari penampilan para karakter, sangat tak lazim bagi anak-anak Indonesia, tapi sangat sering kita jumpai pada produk visual dari Amerika atau Eropa ketika itu. Mengenai hal ini Jan sendiri mengakui sendiri bahwa komik-komiknnya banyak terispirasi dari lagu-lagu Bob Dylan. Di antaranya, ada komik yang mengambil judul dari terjemahan sebuah lagu terkenal Bob Dylan, Blowing in The Wind. Komik itu, Tertiup Bersama Angin (1967), karya Jan Mintaraga.

baca artikel menarik lainnya :

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.