Asal Usul Bendera Merah Putih Pertama Dari Kain Tenda Tukang Soto
Sang saka merah putih pertama merupakan pusaka negara. Meskipun saat ini sudah tidak dikibarkan lagi pada upacara kenegaraan dan selalu digantikan dengan duplikat bendera merah putih tetap sangat besar nilainya. Tahukah sobat sejarah sal usul bendera merah putih pertama? Ternyata Asal usul Bendera merah putih pertama dari kain tenda tukang soto?.. Wah? Ngarang nih?!.. Ini betul sob. Referensinya dari Lukas Kastaryo mantan Brigjen di jaman Soekarno dan sempat diulas di majalah Intisari Edisi Agustus 1991. Sudah tau ukuran bendera merah putih kenegaraan? gede banget sob, langsung simak aja di bawah ulasannya.
Sebagai istri tokoh pergerakan nasional paling populer
ketika itu Ny Fatmawati membantu menjahitkan bendera merah putih yang idenya
diambil dari panji kebesaran Majapahit. Ny Fatmawati tidak membuat bendera
merah putih sekali jadi. Sebelum 16 Agustus 1945 ia sudah menyelesaikan sebuah
bendera merah putih.
Pengibaran bendera merah putih pertama saat proklamasi kemerdekaan |
Namun ketika diperlihatkan ke beberapa orang bendera
tersebut dinilai terlalu kecil. Panjang bendera itu hanya sekitar 50 cm.
Bendera merah putih yang baru dan lebih besar harus segera dibuat. Malam itu
juga usai sampai di rumah Ny Fatmawati membuka lemari pakaiannya. Ia menemukan
selembar kain putih bersih bahan seprai. Namun ia tak punya kain merah sama
sekali.
Dan Beruntung ketika itu ada seorang pemuda bernama Lukas
Kastaryo (Di kemudian hari masuk militer dengan pangkat terakhir brigjen) yang
berada di kediaman Soekarno.
Seperti dituturkan Lukas Kastaryo pada majalah Intisari
edisi Agustus 1991 ia lantas berkeliling dan akhirnya ia menemukan kain merah
yang tengah dipakai sebagai tenda sebuah warung soto. Ditebusnya kemudian
dengan harga 500 sen (harga yang cukup mahal kala itu) dan menyerahkannya ke
ibu Fat.
Ibu Fatmawati menjahit bendera pusaka |
Ny Fatmawati akhirnya menyelesaikan bendera merah putih yang
baru malam itu juga. Ukurannya 276 x 200 cm. Bendera baru ini akhirnya
dikibarkan tepat 17 Agustus 1945 dan menjadi bendera pusaka negara di
tahun-tahun sesudahnya.
Karena usia tuanya sang Saka terakhir kali berkibar pada
tahun 1969 untuk kemudian diistirahatkan di Museum Nasional. Untuk selanjutnya
pemerintah membuat bendera duplikat dengan ukuran 300 x 200 cm.