Inilah Sejarah Tempe Sejak Dari Bangsa Tempe Sampai Hilangnya
Berhubung kedelai yang sulit di dapat karena harus import
dari Amerika, maka tempe dan tahu menjadi sulit kita temukan. Mengenaskan
memang!.. Tempe yang sudah secara tidak langsung sudah menjadi bagian hidup
kita bahkan identitas bangsa (loh!..).. menghilang begitu saja. Inilah sejarah
tempe sejak dari bangsa tempe sampai hilangnya sang tempe. Makanya jangan
ngledek tempe or tahu, kalo sudah hilang kan susah cari makanan murah meriah
tapi bergizi tinggi ini. Lagian apa hubungannya tempe dengan mental sampai ada
istilah mental tempe. Emang pada kaga doyan tempe?.. hehe just kidding.
Tempe adalah salah satu makanan yang terbuat dari kedelai
yang merupakan hasil kreasi bangsa sendiri. Di masa lalu Tempe sudah dikenal,
di Jaman Majapahit Tempe sudah diyakini ada, penyebutan tempe sebagai makanan
secara terang-terangan disebutkan dalam serat Centhini, jae santen tempe (
jenis masakan tempe yang dicampur santan) dan kadhele tempe srundengan. Serat
centhini ditulis sekitar tahun 1805 dengan sponsor Pakubuwono V yang
mengharapkan kitab ini bisa menjadi semacam ensiklopedi gaya hidup, pandangan
spiritual dan tatanan dialektis masyarakat Jawa.
Sebagai tambahan catatan walau
ini masuk dalam referensi cerita rakyat, soal Tempe Bacem Kotagede yang
terkenal sering disandingkan dengan Gudeng Manggar yang merupakan produk
kuliner Ki Ageng Mangir Wonoboyo II, musuh politik Panembahan Senopati yang
kepalanya dikepruk sang Panembahan setelah menghadap sebagai menantu dengan
menikahi Puteri Panembahan yang pandai menari tayub, Pembayun. Dalam gudeng
Manggar itu selalu ada tempe bacem Sargede (asal kata Pasar Gede, sebuah pasar
di Kotagede), disini kemudian orang Bantul mengenang Gudeg Manggar sebagai
satu-satunya bentuk kemenangan atas Panembahan Senopati yang bangsawan dari
keturunan luar Hutan Mentaok.
Tempe menjadi makanan yang amat terkenal setelah krisis
pangan pasca Perang Diponegoro, saat itu Van Den Bosch menerapkan kerja rodi,
seluruh rakyat diharuskan menanam tanam-tanaman perkebunan seperti tebu dan
karet, dan ini semakin merusak unsur hara tanah. Di masa ini tempe menjadi
semacam makanan wajib. Rakyat yang kelaparan dan kehilangan padi-nya gara-gara
harus berebut jam kerja dengan kewajiban rodi, memakan makanan yang dihasilkan
dari tanaman yang gampang tumbuh seperti : Ubi, Singkong dan Kedelai, nah
kedelai ini diolah menjadi tempe, salah satu versi sejarah menyatakan bahwa
tempe ditemukan pada era tanam paksa, tahun 1875 dengan meniru makanan Cina
yang bernama Koji, kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang.
Lagi-lagi Tempe menjadi penyelamat bangsa Eropa yang ditawan Jepang,
saat itu Jepang masuk ke Indonesia dan mencari orang-orang Belanda untuk
dimasukkan ke kamp kerja paksa dan dipenjara. Dalam penjara mereka dikasih
makan tempe, ternyata tempe itu yang membuat para interniran londo itu bertahan
hidup, sebab-nya tempe memiliki kandungan protein yang amat tinggi.
Menurut artikel Kompas, pada 3 Juli 2003 yang ditulis M. Astawan
menyebutkan :
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia
dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai
Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu,dan 10% dalam bentuk produk
lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang
per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg.
Tempe Indonesia menghilang |
Tempe merupakan industri-industri yang berkembang amat
merakyat, murah harganya dan menjadi ciri khas paling dasar bangsa Indonesia,
kebanyakan orang Indonesia memang suka dengan tempe. Saking merakyatnya,
masakan ini pernah menjadi sangat inferior dalam kedudukan gengsi sosial bangsa
kita, para priyayi bangsawan senengnya makan Beef Steak, yang diucapkannya
sebagai Bestik. Sebagai gambaran tempe sebagai makanan rakyat ini terlihat
sekali dalam novel Para Priyayikarangan Umar Khayam yang dirilis tahun 1994 tentang
Ngadiyem yang tiap pagi ngider menjajakan tempe dan menjadi langganan keluarga
Sastrodarsono. Ngadiyem ini kemudian ikut keluarga Sostrodarsono, setelah ikut
dengan Sostrodarsono, Ngadiyem diperkosa oleh Soenandar yang juga kemenakan
Sastrodarsono, dari Ngadiyem ini kemudian lahirlah Lantip, yang secara alam
bawah sadar selalu menekankan ke-minderan-nya sebagai anak pedagang ider Tempe.
“Aku tak mau menjadi kecu seperti bapakku atau pedagang ider tempe seperti
ibuku”. Novel yang amat menarik ini masih menempatkan tempe sebagai makanan
kelas rendahan.
Bung Karno sendiri pernah berteriak di depan ratusan ribu
pendengarnya : “Janganlah kita sekali-sekali menjadi bangsa Tempe”. Disini Bung
Karno bukan berteriak soal tempe sebagai makanan inferior bangsa kita, tapi
sebagai ‘makanan yang diinjak-injak’. Namun bagi bagian banyak orang quotes ini
dikenang sebagai ‘Rasa Inferioritas Tentang Tempe sebagai makanan”. (ah inilah penyebabnya muncul mental tempe.. kasihan tempe atuh pak.. hehe)
Lambang kemakmuran bangsa Indonesia adalah terhidangnya ayam
goreng, semur daging atau ikan-ikan air tawar seperti ikan gurame dan ikan mas.
Tempe dianggap sebagai bagian ‘makanan prihatin’. Tapi susah memisahkan Tempe
dan juga Tahu ke dalam meja makanan orang Indonesia, kalau makan orang
Indonesia itu ada empat hal : Nasi, Tempe, Tahu dan Kerupuk. Horee!!.. ^^
Di Jaman Orde Baru, ketersediaan pangan adalah syarat
politik paling utama. Suharto bahkan sampai menyiapkan panggung teater
ketersediaan pangan dengan aktor utamanya adalah Harmoko, rakyat sampai hapal
setiap Rabu Malam di berita khusus TVRI setelah dunia dalam berita jam 9 malam
berakhir ia selalu berkata “Atas petunjuk bapak Presiden…harga cabe
keriting….bla..bla” sambil rambutnya jingkrak meninju rembulan.
Saat itu bangsa
Indonesia mengalami masa kepastian pangan luar biasa, jangankan soal tempe, soal
cabe, soal beras saja kita berdaulat, walaupun hanya setahun yaitu tahun 1985
saat Pak Harto dengan gagah pidato di Roma, Italia pada sidang pleno FAO. Tapi
dibalik kedigdayaan Pak Harto dan Politik Logistiknya dengan Pangan sebagai
Panglima, dimasa itu terkenal kisah Tempe Bongkrek, tempe yang terbuat dari
ampas kelapa, jenis tempe ini lebih inferior lagi ketimbang tempe biasa.
Kini Kedelai menghilang di pasaran, Tempe menjadi barang
langka dan harganya naik terus seperti popularitas Jokowi, Pemerintahan Republik
ala SBY yang lemahnya menyerupai Republik Weimar ini tergagap soal Tempe,
mereka bersidang soal Tempe, soal yang di masa lalu sebagai makanan inferior
kini menjadi soal yang sulit bagi Pemerintahan dengan Pencitraan sebagai
Panglima. Maka Tempe sudah menjadi semacam SOB, semacam Staat van Oorlog en
Beleg, negara bersiap perang atas kedaulatan Pangan kita. Entahlah mungkin
nanti akan ada bibit kedelai Supertoy, kan Presiden kita doktor IPB, Katanya.
Ahhh SBY diandelin!!... urusan gede aja dicuekin apalagi ngurusin tempe!!..
tempe..tempe.. kasihan, kasihan kasihan.. :)
Sumber asal: kompasiana.com