Kisah Putroe Neng, Wanita Bersuami 100
Pernah mendengar kisah Putroe Neng dari sejarah Kerajaan
Pereulak di Nusantara. Seorang Putri Cina yang asalnya seorang Laksmana wanita
yang cantik jelita dari Kerajaan Cina yang mencoba menaklukan kerajaan di
Nusantara ini. Kisah Putroe Neng, Wanita bersuami 100 pria ini terkenal di daerah
Aceh dan diceritakan dari mulut ke mulut dan merupakan bagian dari sejarah
setempat. Bagi anda yang tertarik mengikuti kisah Putri yang memiliki nama asli
Nian Nio Lian Khie ini silahkan menyimak kisahnya di bawah ini.
Kompleks makam yang berada di pinggir jalan Banda Aceh-Medan
tepatnya di kawasan Desa Blang Pulo, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe yang
kini sedang disiapkan menjadi lokasi cagar budaya mempunyai nilai sejarah
tinggi. Di sana adalah tempat disemayamkan belasan korban perang Aceh pada abad
Ke-11 Masehi. Salah satu di antaranya adalah kuburan Putroe Neng.
Menurut literatur sejarah, hal menarik dari Putroe Neng yang
berparas cantik itu ternyata memiliki suami 100 orang. Dari jumlah itu,n 99
orang di antaranya meninggal saat menjalani malam pertama bersama Putro Neng.
Kematian suaminya itu terjadi akibat ada racun di bagian tubuh Putroe Neng.
Sedangkan satu-satunya suami Putroe Neng yang berhasil mengeluarkan racun
mematikan dari tubuh sang putri adalah Syeikh Syiah Hudam yang dikisahkan
sebagai suami Ke-100 dari Putroe Neng.
Nian Nio Lian Khie begitulah nama aslinya, Seorang komandan
perang wanita berpangkat Jenderal dari china budha, Seorang perempuan yang
dikalahkan oleh pasukan meurah johan seorang ulama yang berasal dari kerajaan
pereulak yang pada saat itu mereka berada di indra purba yang bercocok tanam di
daerah maprai (sibreh sekarang) dan mereka membuka kebun lada dan merica pada
saat itu setelah dikalahkan, jenderal Nian Nio Lian Khie memeluk islam dan
namanya diberi gelar yaitu sebagai PUTROE NENG.
Kekalahan dalam peperangan di Kuta Lingke telah mengubah
sejarah hidup Putroe Neng, perempuan cantik dari Negeri Tiongkok. Dari seorang
maharani yang ingin menyatukan sejumlah kerajaan di Pulau Ruja (Sumatera), ia
malah menjadi permaisuri dalam sebuah pernikahan politis. Pendiri Kerajaan
Darud Donya Aceh Darussalam, Sultan Meurah Johan, menjadi suami pertama Putroe
Neng yang kemudian juga menjadi lelaki pertama yang meninggal di malam pertama.
Tubuh Sultan Meurah Johan ditemukan membiru setelah melewati percintaan malam
pertama yang selesai dalam waktu begitu cepat.
Sebagian masyarakat Aceh mendengar kisah Putroe Neng dari
penuturan orang tua. Konon Putroe Neng memiliki 100 suami dari kalangan
bangsawan Aceh. Setiap suami meninggal pada malam pertama ketika mereka
bercinta, karena alat kewanitaan Putroe Neng mengandung racun. Kematian demi
kematian tidak menyurutkan niat para lelaki untuk memperistri perempuan itu.
Padahal, tidak mudah bagi Putroe Neng untuk menerima pinangan setiap lelaki. Ia
memberikan syarat berat seperti mahar yang tinggi atau pembagian wilayah
kekuasaan (Ali Akbar, 1990).
Syeh Syiah Hudam Suami Terakhir Yang Selamat
Suami terakhir Putroe Neng adalah Syekh Syiah Hudam yang
selamat melewati malam pertama dan malam-malam berikutnya. Ia adalah suami
ke-100 dari perempuan cantik bermata sipit tersebut. Sebelum bercinta dengan
Putroe Neng, Syiah Hudam berhasil mengeluarkan bisa dari alat genital Putroe
Neng. Racun tersebut dimasukkan ke dalam bambu dan dipotong menjadi dua bagian.
"Satu bagian dibuang ke laut, dan bagian lainnya dibuang ke gunung,"
tutur penjaga makam Putroe Neng, Cut Hasan. Konon, Syiah Hudam memiliki mantra
penawar racun sehingga ia bisa selamat. Setelah racun tersebut keluar, cahaya
kecantikan Putroe Neng meredup. Sampai kematiannya, dia tidak mempunyai
keturunan.
Sulit mencari referensi tentang Putroe Neng. Sejumlah buku
menyebutkan dia bernama asli Nian Nio Liang Khie, seorang laksamana dari China
yang datang ke Sumatera untuk menguasai sejumlah kerajaan. Bersama pasukannya,
ia berhasil menguasai tiga kerajaan kecil; Indra Patra, Indra Jaya, dan Indra
Puri yang kini masuk dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar. Beberapa benteng bekas
ketiga kerajaan tersebut masih ada di Aceh Besar sampai sekarang. Namun,
Laksamana Nian Nio kalah ketika hendak menaklukkan Kerajaan Indra Purba yang
meminta bantuan kepada Kerajaan Peureulak.
Bantuan yang diberikan Kerajaan Peureulak adalah pengiriman
tentara yang tergabung dalam Laskar Syiah Hudam pimpinan Syekh Abdullah
Kana'an. Jadi, Syiah Hudam sesungguhnya adalah nama angkatan perang yang
menjadi nama populer Abdullah Kana'an. Merujuk sejarah, pengiriman bala bantuan
itu terjadi pada 1180 Masehi. Bisa disimpulkan pada masa itulah Putroe Neng
hidup, tetapi tak diketahui pasti kapan meninggal dan bagaimana sejarahnya
sampai makamnya terdapat di Desa Blang Pulo, Lhokseumawe.
Versi Lain Tentang Mitos Putroe Neng
Meski tak bisa menunjukkan makamnya, di mata Cut Hasan
kematian 99 suami Putroe Neng bukanlah mitos. Ia mengaku mengalami beberapa hal
gaib selama menjadi penjaga makam. Ia bermimpi berjumpa dengan Putroe Neng dan
dalam mimpi itu diberikan dua keping emas. Paginya, Cut Hasan benar-benar
menemukan dua keping emas berbentuk jajaran genjang dengan ukiran di setiap
sisinya. Satu keping dipinjam seorang peneliti dan belum dikembalikan.
Sementara satu keping lagi masih disimpannya sampai sekarang. Menurut budayawan
Aceh, Syamsuddin Djalil alias Ayah Panton, kisah kematian 99 suami hanya
legenda meski nama Putroe Neng memang ada.
Menurutnya, kematian itu adalah tamsilan bahwa Putroe Neng
sudah membunuh 99 lelaki dalam peperangan di Aceh.
"Sulit ditelusuri dari
mana muncul kisah tentang kemaluan Putroe Neng mengandung racun," ujar
Syamsuddin Jalil saat ditemui di rumahnya di Kota Pantonlabu, Aceh Utara, (26/4).
Ali Akbar yang banyak menulis buku sejarah Aceh, juga mengakui
kisah kematian 99 lelaki itu hanyalah legenda. Makam Putroe Neng yang terletak
di pinggir Jalan Medan-Banda Aceh (trans-Sumatera), memang sarat dengan kisah
gaib. Misalnya, ada kisah seorang guru SMA yang meninggal setelah mengambil
foto di makam tersebut.
Ada juga yang mengaku melihat siluet putih dalam foto
tersebut atau foto yang diambil tidak memperlihatkan gambar apa pun. Sayangnya,
berbagai kisah gaib itu, plus legenda kematian 99 suami Putroe Neng pada malam
pertama, tidak menjadikan makam tersebut menjadi lokasi wisata religi
sebagaimana makam Sultan Malikussaleh di Desa Beuringen Kecamata Samudera, Aceh
Utara. Pemerintah Kota Lhokseumawe belum menjadikan makam Putroe Neng sebagai
lokasi kunjungan wisata.
Suvenir tentang Putroe Neng tidak ada sama sekali. Para
pengunjung yang datang ke makamnya hanya sebatas peneliti dan segelintir
masyarakat yang pernah mendengar kisah Putroe Neng. Rendahnya kepedulian
terhadap makam Putroe Neng, bisa terlihat dari kondisi makam tersebut yang
nyaris tak terawat. Di dalam komplek berukuran sekitar 20 x 20 meter tersebut,
terdapat 11 makam, termasuk milik Putroe Neng tetapi selebihnya tidak diketahui
milik siapa.