Kisah Nostalgia Haji Agus Salim vs PM Vietnam Ngo Dinh Diem
Sekedar mengenang sejarah lama. Kita pernah memiliki
Pahlawan sekaligus mantan Menter Luar negeri yang patut dibanggakan. Seorang
Guru besar yang santun, amanah tapi berpendidikan tinggi. Siapa lagi kalau
bukan Haji Agus Salim. Ini Kisah Nostalgia Haji Agus Salim vs PM
Vietnam Ngo Dinh Diem. Kisah ini diceritakan oleh George McT Kahin. Seorang
wartawan sebuah kantor berita Amerika (Overseas News Agency). George pertama
kali kenalan dengan Haji Agus Salim pada tahun 1948 di Yogyakarta. Kenangan
pada Haji Agus Salim sangatlah mendalam bagi George.
Saat itu Agus Salim menjabat sebagai Menteri Luar Negeri.
George datang ke Indonesia dalam rangka ingin menulis tentang Indonesia.
Terutama keadaan Indonesia saat itu setelah Indonesia merdeka.
Empat tahun berlalu, setelah George menjabat sebagai pembantu
guru besar muda di Cornell University, maka oleh pimpinan Program Asia
Tenggara, Agus Salim diundang sebagai guru besar tamu pada semester musim semi
tahun 1953 datang ke universitas tersebut.
Agus Salim diminta memberi suatu kursus singkat tentang agama
Islam dan seminar tentang 'Islam Indonesia' di Amerika Serikat. Program itu
kerap membuat dosen dan mahasiswa antusias mengikuti program tersebut. Sebab
sebelumnya juga ada guru besar muslim menggelar program tentang Islam.
Di tengah lawatannya ke Amerika Serikat, George
mempertemukan Agus Salim dengan Ngo Dinh Diem. Ia adalah Calon Perdana Menteri
Vietnam Selatan. Pertemuan berlangsung setahun sebelum Diem diangkat sebagai
perdana menteri. Kala itu Diem datang ke Cornell dalam rangka keliling Amerika
Serikat untuk mencari dukungan bagi negaranya yang masih akan dibentuk.
Pada saat itu Diem adalah orang yang terkenal pintar bicara.
Tiap-tiap diskusi dan berdebat Diem selalu merajai percakapan. Saking
pintarnya, lawan bicara Diem selalu kalah dan hanya bicara satu dua patah kata.
Kemudian George berinisiatif mempertemukan Agus Salim dengan Diem di Ruang
Pertemuan Tenaga Pengajar.
Acara dikemas dengan santap makan malam. Sambil makan malam,
George begitu terperangah ketika Agus Salim dan Diem berbicara bahasa Prancis.
Selama ini Diem dikenal orang Asia yang mahir berbicara bahasa Prancis.
Rupanya, kefasihan Diem berbicara bahasa Prancis tak membuat
Agus Salim terdiam. Justru yang membuat George kaget adalah dalam percakapan
itu Agus Salim lebih mendominasi. Agus Salim malah lebih menguasai pembicaraan
hingga tak memberi kesempatan pada Diem untuk bicara. Agus Salim ternyata lebih
mahir berbicara bahasa Prancis.
Selama ini Agus Salim memang dikenal banyak menguasai bahasa
asing. Selain Inggris, Agus Salim juga fasih berbicara bahasa Arab, Prancis dan
Jerman. Delapan tahun kemudian, George berada di Saigon, sebuah kota di
Vietnam. Di sana ia kembali bertemu dengan Diem.
Dalam wawancaranya selama empat jam, George mengaku kalah
bicara dengan Diem. Ini yang membuat George kesal. Saking kesalnya tiba-tiba ia
teriangat Agus Salim. "Coba bila ada hadir Pak Salim, yang menjijikkan
Diem itu sebelum saya mewancarainya." kenang George. Pengalaman George ini
kemudian ditulis dalam buku "Seratus Tahun Haji Agus Salim" yang
diterbitkan oleh Sinar Harapan.
Sekedar penutup:
Kata penutup dari admin Memorabilia "Semoga bangsa ini tetap bisa mengingat jasa-jasa para pahlawannya". Bagi anda yang peduli cobalah untuk membaca Bendera pusaka dan saat kematian Soekarno, betapa getirnya para penguasa memperlakukan pahlawan bangsa ini.