--> Skip to main content

Tokoh Arjuna Dalam Pewayangan Jawa

Arjuna battle on Mahabharata
Arjuna - Mahabarata
Menyimak tokoh Arjuna di Televisi rasanya jauh dari gambaran yang penulis kenal dalam kisah yang dituturkan para Dalang di Pulau Jawa. Baik Wayang kulit maupun wayang golek. Babad Mahabarata memang kisah perang klasik yang legendaris. Sejujurnya penulis lebih menyukai Tokoh Arjuna dalam pewayangan Jawa dibanding versi India. Banyak sekali dan panjang lelakon tokoh Arjuna dalam versi Jawa dan menarik untuk diikuti sempalan-sempalan kisahnya. Tokoh Arjuna dalam pewayangan Jawa memiliki banyak nama, banyak kesaktian dan kisah-kisah petualangannya sebelum terjadinya perang besar Baratayuda. Belum lagi kesaktian-kesaktiannya dan senjata-senjata sakti yang didapat dari pertapaan ataupun hasil bergurunya. Seru sekali mengikuti petualangan Arjuna dalam wayang versi Jawa.

Arjuna merupakan seorang tokoh ternama dalam dunia pewayangan dalam budaya Jawa Baru. Beberapa ciri khas Arjuna versi pewayangan mungkin berbeda dengan ciri khas Arjuna dalam kitab Mahābhārata versi India dengan bahasa Sanskerta. Dalam dunia pewayangan, Arjuna digambarkan sebagai seorang kesatria yang gemar berkelana, bertapa, dan berguru. Selain menjadi murid Resi Drona di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi brahmana di Goa Mintaraga, bergelar Bagawan Ciptaning. Ia dijadikan kesatria unggulan para dewa untuk membinasakan Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Dewa Indra, bergelar Prabu Karitin. dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain: Gendewa (dari Bhatara Indra), Panah Ardadadali (dari Bhatara Kuwera), Panah Cundamanik (dari Bhatara Narada). Setelah perang Bharatayuddha, Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata.

Arjuna versi wayang jawa
Arjuna memiliki sifat cerdik dan pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan suka melindungi yang lemah. Ia memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah negara Amarta. Ia adalah petarung tanpa tanding di medan laga, meski bertubuh ramping berparas rupawan sebagaimana seorang dara, berhati lembut meski berkemauan baja, kesatria dengan segudang istri dan kekasih meski mampu melakukan tapa yang paling berat, seorang kesatria dengan kesetiaan terhadap keluarga yang mendalam tapi kemudian mampu memaksa dirinya sendiri untuk membunuh saudara tirinya. Bagi generasi tua Jawa, dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Sangat berbeda dengan Yudistira, dia sangat menikmati hidup di dunia. Petualangan cintanya senantiasa memukau orang Jawa, tetapi secara aneh dia sepenuhnya berbeda dengan Don Juan yang selalu mengejar wanita. Konon Arjuna begitu halus dan tampan sosoknya sehingga para puteri begitu, juga para dayang, akan segera menawarkan diri mereka. Merekalah yang mendapat kehormatan, bukan Arjuna. Ia sangat berbeda dengan Wrekudara. Dia menampilkan keanggunan tubuh dan kelembutan hati yang begitu dihargai oleh orang Jawa berbagai generasi.

Arjuna juga memiliki pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain: Keris Kiai Kalanadah diberikan pada Gatotkaca saat mempersunting Dewi Pergiwa (putra Arjuna), Panah Sangkali (dari Resi Drona), Panah Candranila, Panah Sirsha, Panah Kiai Sarotama, Panah Pasupati (dari Batara Guru), Panah Naracabala, Panah Ardhadhedhali, Keris Kiai Baruna, Keris Pulanggeni (diberikan pada Abimanyu), Terompet Dewanata, Cupu berisi minyak Jayengkaton (pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan Pringcendani) dan Kuda Ciptawilaha dengan Cambuk Kiai Pamuk. Sedangkan ajian yang dimiliki Arjuna antara lain: Panglimunan, Tunggengmaya, Sepiangin, Mayabumi, Pengasih dan Asmaragama. Arjuna juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu Kampuh atau Kain Limarsawo, Ikat Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara, Kalung Candrakanta dan Cincin Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu Ekalaya, raja negara Paranggelung).

Istri dan keturunan Arjuna Versi Jawa

Dalam Mahabharata versi pewayangan Jawa, Arjuna mempunyai banyak sekali istri,itu semua sebagai simbol penghargaan atas jasanya ataupun atas keuletannya yang selalu berguru kepada banyak pertapa. Berikut sebagian kecil istri dan anak-anaknya: 
  • Dewi Subadra, berputra Raden Abimanyu
  • Dewi Sulastri, berputra Raden Sumitra
  • Dewi Larasati, berputra Raden Bratalaras
  • Dewi Ulupi atau Palupi, berputra Bambang Irawan
  • Dewi Jimambang, berputra Kumaladewa dan Kumalasakti
  • Dewi Ratri, berputra Bambang Wijanarka
  • Dewi Dresanala, berputra Raden Wisanggeni
  • Dewi Wilutama, berputra Bambang Wilugangga
  • Dewi Manuhara, berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati
  • Dewi Supraba, berputra Raden Prabakusuma
  • Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa
  • Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada
  • Dewi Maheswara
  • Dewi Retno Kasimpar
  • Dewi Dyah Sarimaya
  • Dewi Srikandi

Nama dan julukan Arjuna Versi Jawa

Dalam wiracarita Mahabharata versi nusantara, Arjuna memiliki banyak nama lain dan nama julukan, antara lain: Parta (pahlawan perang), Janaka (memiliki banyak istri), Pemadi (tampan), Dananjaya, Kumbaljali, Ciptaning Mintaraga (pendeta suci), Pandusiwi, Indratanaya (putra Batara Indra), Jahnawi (gesit trengginas), Palguna, Indrasuta, Danasmara (perayu ulung) dan Margana (suka menolong) "Begawan Mintaraga" adalah nama yang digunakan oleh Arjuna saat menjalani laku tapa di puncak Indrakila dalam rangka memperoleh senjata sakti dari dewata, yang akan digunakan dalam perang yang tak terhindarkan melawan musuh-musuhnya, yaitu keluarga Korawa.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.