Skip to main content

Nostalgia Pak Tino Sidin Pelukis Acara Gemar Menggambar TVRI Di Era 80an

Bagi anak-anak di era 80an ada satu acara di TVRi yang selalu ditunggu-tunggu selain acara film kartun atau Film Boneka Si Unyil, yaitu Acara menggambar asuhan Pak Tino Sidin. Satu hal yang selalu admin ingat yaitu kata-katanya yang inspiratif banget ketika mengomentari kiriman gambar dari pemirsa: BAGUS! Satu Kata, Penuh Inspirasi yang membuat anak-anak kala itu jadi sangat senang dan bersemangat dalam belajar menggamvar. Untuk mengenangnya Inilah Nostalgia Pak Tino Sidin Pelukis Acara Gemar Menggambar TVRI Di Era 80an. Bagi anda yang pernah mengalaminya pasti memiliki kenangan tersediri tentang Pak Tino Sidin yang selalu tersenyum dan tertawa ini. Mari kita simak ulasan profil , perjalan hidupnya dan suka dukanya sebelum terkenal.

Nostalgia Pak Tino Sidin Pelukis Acara Gemar Menggambar TVRI Di Era 80an

Pak Tino Sidin tidak pernah mengkritik langit yang tidak biru, tanah yang ungu atau ayam dengan warna merah menyala, semuanya bagus

Siapa yang masih ingat Pak Tino Sidin? Bagi pembaca yang berusia diatas 30 tahun dan mempunyai hobi menggambar niscaya bukan saja ingat, tapi everlasting mengenangnya. Sosok kebapakan dengan gaya seniman yang khas. Topi bareta, kacamata bingkai tebal, senyuman cengar cengir dan satu kata ajaib yang ditunggu jutaan pemirsa anak – anak Indonesia: Yak, Baguuuus!

Berbunga – bunga hati ketika gambar yang diangkatnya adalah gambar yang saya kirim ke redaksi TVRI acara Gemar Mengambar Bersama Pak Tino Sidin. Sumringah hati, terpaku di layar kaca ketika beliau mulai mengulas:

Kiriman dari adek kita...doday, eehmm..dodiii ya dodi hidayat dari SD 05 pagi bintaro, kelas empat..ooo ada Superman sedang mengangkat kapal terbang yang terbakar, yak baguuusss! 

Semenjak itu, seperti ada energi mengalir dari layar TV memenuhi sanubari, penuh inspirasi dan semangat. Waktu itu dengan percaya dirinya saya akan jawab lugas pertanyaan klasik dari siapapun: Cita – cita Doddy apa? Pelukis!

Sesungguhnya Pak Tino Sidin adalah selebritis di jamannya. Kalau kita perhatikan tayangan filem atau drama seperti sinetron di TVRI dulu, kalau ada peranan seniman pasti style nya dibuat mirip beliau. Bukan saja diidolakan anak – anak, Pak Tino juga menjadi trend setter. Mengenang beliau menjadi penting bukan karena eksistensinya saja, tetapi sumbangsih beliau yang besar sebagai tokoh pendidikan nasional, khususnya motivator pengembangan kreatifitas. Bagi orang dewasa, cara beliau mengajarkan menggambar mungkin kelihatan remeh. Tarik gariiis, lengkung, lengkung besar, lengkung kecil, bulaat..nah jadi deh kucing. Tapi bagi kami anak – anak waktu itu, apa yang diterangkan adalah solusi praktis. Teknik yang diajarkan merupakan jembatan antara daya imajinasi anak – anak yang tinggi dengan media kertas dan spidol. Pak Tino tidak pernah mengajarkan kita menghapus. Menarik garis seperti rangkaian cerita tersendiri. Sekali coret harus berani menyelesaikan.

Profil Pelukis Pak Tino Sidin Dan Biografi Hidupnya

Tino Sidin lahir di Tebingtinggi, Sumatera Utara, 25 November 1925 dari orangtua keturunan Jawa. Sejak kecil dia berbakat menggambar. Ketika pendudukan Jepang, dia menjadi kepala bagian poster kantor penerangan Jepang di Tebingtinggi. Setelah Indonesia merdeka, selain sebagai anggota Polisi Tentara Divisi Gajah Dua Tebingtinggi, dia menjadi guru menggambar di SMP Negeri Tebingtinggi. Dia bersama Ismail Daulay mendirikan Angkatan Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Medan pada 1945.

Bersama dua orang temannya, Nasjah Djamin dan Daoed Joesoef, Tino merantau ke Yogyakarta. Mereka bergabung dengan Seniman Indonesia Muda, membuat poster-poster perjuangan. Dia juga bekerja sebagai pegawai bagian kesenian di Kementerian Pembangunan Pemuda (1946-1948) dan bergabung dengan Tentara Pelajar Brigade 17 (1946-1949).

Tino kembali ke kampung halaman dan menetap di Binjai. Dia aktif di dunia pendidikan dan kesenian dengan menjadi guru Taman Siswa Tebingtinggi, ketua Palang Merah Remaja Kabupaten Langkat, dan ketua ASRI Binjai.

Tino kemudian kembali ke Yogyakarta. Setelah belajar di ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) Yogyakarta, dia mendirikan Pusat Latihan Lukis Anak-anak (1969-1977). Sementara itu, kawannya Daoed Joesoef menjadi menteri P &K (Pendidikan dan Kebudayaan). “Banyak orang yang naik, karena temannya naik. Saya mungkin begitu juga,” kata Tino.

Tino pun mengisi acara Gemar Menggambar di TVRI pada 1978. Pekerjaannya sebagai pendidik “menggambar” menasional. Sejak 1980, dia menjadi penatar guru gambar tingkat TK dan SD seluruh Indonesia. Program ini di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bahkan, bukunya Gemar Menggambar sebanyak 6 jilid disahkan menjadi buku pegangan guru SD seluruh Indonesia.
Baca Juga : Nostalgia Radio Transistor Di Era 80 - 90 Di Masa Kejayaannya
Popularitas Tino melambung seantero negeri. “Ketika dia dibawa Daoed Joesoef meninjau ke Kalimantan Selatan (1979) masyarakat setempat mengelu-elukan Tino lebih dari sang menteri,” tulis Apa & Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1981-1982. “Anak-anak, pramuka, ibu-ibu berebutan mengeroyok. Petugas keamanan kewalahan.”

Keasyikan Belajar Menggambar Dengan Pak Tino Sidin

Pak Tino tidak pernah mengkritik langit yang tidak biru, tanah yang ungu atau ayam dengan warna merah menyala. Semuanya bagus. Semangat ini juga yang saya tanamkan pada Salma putri kesayangan saya. Semakin saya puji gambarnya, semakin berani dan kreatif karya – karya yang dibuat. Sayangnya pelajaran menggambar di sekolah justru menerapkan kurikulum sebaliknya. Penilaiannya adalah menggambar harus mirip dengan obyek aslinya. Langit harus biru, tanah coklat, daun hijau, matahari kuning. Padahal seni adalah ekspresi. Menggambar sama saja dengan membuat lagu, mengarang cerpen, membuat tarian. Persoalannya bukan sekedar pada teknik yang benar, komposisi yang rapih dan pakem – pakem lainnya. Karya seni adalah ekspresi jiwa. Karya seni yang baik dan memenuhi standar estetika tidaklah cukup, yang kita cari adalah karya novelties, masterpiece atau maha karya. Karya yang punya jiwa, cerita, pesan dan pengaruh.

Nostalgia Pak Tino Sidin Pelukis Acara Gemar Menggambar TVRI Di Era 80an

Koleksi buku gemar menggambar, umurnya sudah 30 tahun, tapi masih rapih dan terawat
Satu hal lagi yang penting, berkarya bukan harus selalu menjadi seniman. Tetapi proses kreasi yang mampu menuangkan ide, gagasan, imajinasi menjadi karya itulah yang penting. Proses kreasi adalah proses eksplorasi yang menggunakan otak kiri dan kanan sekaligus, meramu kemampuan rasional dam emosional untuk menemukan hal baru disegala bidang. Itulah esensi kreatifitas yang tidak boleh dilupakan dan disisihkan dalam dunia pendidikan. Yang kita ingin lahirkan bukan sekedar manusia yang mampu mengikuti resep, tetapi mampu membuat konsep dan resep – resp baru bagi solusi kehidupan. Menciptakan ide, teori, karya, solusi yang lebih baik dari yang terbaik saat ini.

Pak Tino Sidin dan Pinjaman Uang dari Pak Harto

Presiden Soeharto memberikan pinjaman untuk uang muka kredit rumah kepada sang guru gambar, Tino Sidin. Dicicil tanpa bunga.

Nostalgia Pak Tino Sidin Pelukis Acara Gemar Menggambar TVRI Di Era 80an

SALAH satu memorabilia yang dipamerkan di Taman Tino Sidin di Yogyakarta adalah kuitansi pinjaman uang sebesar Rp7 juta untuk penyelesaian rumah. Jangka waktu pinjaman selama satu tahun tanpa bunga. Kuitansi tanggal 20 November 1981 itu ditandatangani penerima pinjaman: Tino Sidin. Yang menarik, pemberi pinjaman itu orang nomor satu Republik Indonesia: Presiden Soeharto. Keren ya beliau sampai diperhatikan nasibnya oleh presiden kita di jaman itu.
Baca Juga : Nostalgia Sepatu Legendari Era 80 - 90
Demikianlah ulasan mengenai nostalgia dan kenangan Pak Tino Sidin pelukis dan pengisi acara Gemar Menggambar di TVRi di era 80an. Semoga sedikit menghibur sahabat pembaca saat ini. Ingatlah kalimat beliau, “Bagus! Kiriman dari ... semoga tetap menjadi semangat hidup bagi kita bersama.

Referensi :
https://www.kompasiana.com/doddyhidayat
http://historia.id/persona/pak-tino-sidin-dan-pinjaman-uang-dari-pak-harto
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.